Iseng-iseng berkunjung ke event Ite Begawe Festival kemarin (7/12/2024), ternyata membuat saya menemukan hal baru yang tidak pernah saya tahu sebelumnya. Rencana sih mau nyemil-nyemil atau melihat produk-produk UMKM lokal yang ada di NTB. Tapi ternyata, malah ketemu produk halal yang bukan makanan.
Benang Halal alias Halal yarn. Begitu yang tertulis di stand bannernya yang di dominasi warna hijau. Mata saya langsung saja terpikat melihat kilauan benang yang hampir mirip dengan sutra itu. Penasaran kan, apa sih benang halal itu? terbuat dari apa? harganya berapa? produk mana nih? Yuk simak wawancara saya dengan si foundernya berikut ini.
Awal Mula Pembuatan Benang Halal
Namanya ibu Fitriani Kuroda, seorang pengusaha asal Sleman, yogyakarta yang merasa tertarik untuk mengembangkan pembuatan bahan baku tekstil, yaitu benang dengan sertifikat halal. Menurutnya, konsep Halal itu sebetulnya hampir sama dengan konsep Vegan yaitu : wajib tidak boleh mengandung unsur binatang .
Selain itu, tuturnya, Indonesia telah menjadi salah satu destinasi wisata halal dunia yang semakin populer, maka permintaan kehalalan dari berbagai segmen tentu harus menjadi prioritas utama, "masa kita tujuan wisata halal, kainnya belum ada sertifikat halal?" begitu kira-kira komentarnya.
Maka iapun melihat satu kesempatan pelestarian alam dan bisnis yang berkelanjutan dari bahan baku yang justru kerap dianggap sampah oleh masyarakat atau industri pemintalan benang. Ya, selama ini industri benang memanfaatkan kapas sebagai bahan baku pembuatan benang, dimana biji kapas dibuang menjadi sampah.
Melalui ide kreatifnya, pada akhirnya sejumlah riset pun dilakukan dalam rangka melengkapi dari benang alami ini, dengan memanfaatkan pewarnaan dari bahan-bahan alam yang ada. Adapun yang digunakan adalah pewarna berbahan Alam dari berbagai jenis kayu, akar, buah kering dan berbagai tanin dedaunan.
Ternyata, bahan-bahan pewarna alami ini menyatu dengan sangat baik ke serat biji kapas tadi dan sangat menunjang konsep persyaratan Halal yang awalnya ia inginkan. Eits, singkat ya, padahal dibalik pembuatannya, beliau ini harus menunggu waktu yang tak pendek untuk berkolaborasi dengan sejumlah pakar dan ilmuwan terkait pengolahan pewarna alami ini loh.
Bagaimana awalnya ruang produksi bisa tersedia?
Sejak Covid 2020 bu Fitri mengisi waktu dengan melakukan penelitian dan percobaan pewarnaan Alam pada serat biji kapas yang daya serapnya baik sekali. Tentunya hal ini sangat bisa menghemat biaya bahan pewarna Alami maka dibuatlah  perencanaan ruangan yang lebih besar untuk produksi.
Dengan memanfaatkan hasil penelitian dan riset serta berkolaborasi dengan beberapa pihak, pada akhirnya ruang produksi pun berhasil berdiri dan dimulailah produksi masal benang dan pewarna alami ini.Â