Mohon tunggu...
Erni Wardhani
Erni Wardhani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis konten kreator (Youtube, Tiktok), EO

Guru SMKN I Cianjur, Tiktok, Youtube, Facebook: Erni Wardhani Instagram: Erni Berkata dan Erni Wardhani. Selain itu, saya adalah seorang EO, Koordinator diklat kepala perpustakaan se-Indonesia, sekretaris bidang pendidikan Jabar Bergerak Provinsi, Pengurus Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat, Pengurus Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat, Pengurus IGI kabupaten Cianjur, sekretaris Forum Kabupaten Cianjur Sehat, Founder Indonesia Berbagi, Tim pengembang Pendidikan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Provinsi Jawa Barat, Humas KPAID Kabupaten Cianjur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mulai dari Diri, Nilai dan Peran Guru Penggerak, Diagram Trapesium Usia, Roda Emosi

12 September 2022   19:05 Diperbarui: 12 September 2022   23:37 14475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana momen yang terjadi di masa sekolah dapat melekat erat di dalam ingatan, bahkan memengaruhi diri di masa sekarang

Di dalam modul 1.2 ini, CGP diberikan ruang dan waktu untuk dapat belajar dan mengeksplorasi mengenai Nilai dan Peran Guru Penggerak. Pada modul ini, kita diajak untuk membuat sebuah diagram trapwsium usia, kemudian menjawab beberapa pertanyaan mengenai diri sendiri tentang momen di masa sekolah yang masih dapat kita rasakan.

Masa-masa sekolah adalah masa yang selalu akan menjadi kenangan yang sangat indah. Baik itu untuk kenangan negatif, maupun yang positif. Kejadian memalukan, menyenangkan, haru, kecewa, hamper semua rasa dapat kita rasakan. 

Tentu saja hal tersebut menjadi hal yang penuh makna karena dari keseluruhan kejadian tersebut, kita dapat mengambil hikmah, untuk selanjutnya dapat dijadikan cermin dan pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan kita. Kini, dan masa yang akan datang.

Mengenang sesuatu, baik yang psoitif maupun yang negative tentu menjadi sesuatu yang penting, karena dari keduanya dapat kita lihat dari kaca mata kedewasaan, sehingga kita akan menjadi lebih bijak di dalam berpikir dan bertindak. 

Di diagram trapezium umur, saya menuliskan umur 14 tahun merupakan kenangan yang membuat saya tidak pernah mampu melupakan saat-saat tersebut. Walaupun sudah 34 tahun yang lalu kejadiannya, namun kenangan tersebut enggan enyah dari memori.

Ya, di usia tersebut, saya sudah menduduki kelas 2 di sekolah menengah pertama. Yang membuat saya selalu bersedih di fase tersebut adalah karena ada seorang guru yang selalu membanding-bandingkan saya dengan kakak saya yang walaupun umurnya terpaut 2 tahun, namun sekolah hanya selisih satu tahun. Ya, kakak saya memang pintar, dia selain cantik, selalu juara kelas. 

Namun saya, selain wajah pas-pasan, nilai akademik saya jauh sekali dengan kakak saya. Sehingga, Ketika nilai akademik jauh, ditambah dengan paras yang berbeda dari kakak-kakak yang lain, lengkap sudah penderitaan saya saat itu. Setiap hari saya merasa tertekan, dan hidup di bawah bayang-bayang kakak saya.

Perlakuan guru yang membuat saya sebal tersebut, bukannya semakin menipis, malah semakin menjadi-jadi karena saya tidak mampu memberikan kepuasan nilai yang dia inginkan. (guru tersebut mengajar matematika). Hampir setiap pelajarannya, guru tersebut seakan menekan dan selalu berbicara akan "keanehan" saya tersebut. 

Dia menganggap saya aneh karena berbeda dengan kakak saya. Karena saya merasa tidak nyaman dan tertekan, akhirnya rangking saya pun anjlok. Padahal di SD saya hamper selalu rangking pertama. Di SMP, saya selalu menempati 10 besar rangking terakhir.

Anehnya, saya tidak pernah mengeluh kepada siapapun, termasuk kepada orang tua sendiri. Dan saya tidak pernah mengucap sekalipun untu mau pindah dari sekolah favorit tersebut. Saya hanya mampu menjalani dengan hati yang berat hingga akhirnya saya dapat lulus juga dari sekolah menengah pertama tersebut.

Memang terbukti, Ketika saya keluar dari sekolah tersebut, dan saya masuk ke sebuah SMA (dan lagi-lagi saya satu sekolahan dengan kakak saya, si Bintang Kelas), saya sama sekali tidak merasa tertekan. DI SMA, saya merasa keluar dari guru yang toxic. 

Saya betul-betul menemukan jati diri saya sehingga ketika menjalani pelajaran pun, jadi lebih ringan dan semakin bersemangat. Apalagi ada seorang guru Bahasa Indonesia yang saya pandang sangat unik, nyeleneh, namun mampu membuat peserta didik menjadi terpesona. 

Dia mengajar dengan ciri khasnya, serius tapi santai. Penuh canda tapi ppeserta didik tidak ada yang berani songong terhadapnya. Hingga saya semakin terpikat dan mmengikuti jejak beliau untuk memperdalam Bahasa Indonesia. 

Di SMA, aura saya menjadi terang, bahkan berhasil mendapatkan nilai terbaik, di samping selalu menduduki 5 besar rangking di kelas. Saya bangga kepada guru motivator saya, dan hingga saat ini, saya akan terus mengenang jasa beliau yang telah mengembalikan kepercayaan diri saya di sekolah.

Dok pribadi
Dok pribadi

Peran Guru dalam Trapesium Usia

Saya artikan secara lebih luas bahwa guru di dalam trapezium usia adalah orang tua, guru di sekolah, guru mengaji, para dosen yang telah menndidik dan menuntun saya. Diagram trapezium usia memperlihatkan keterhubungan dan pengaruh dari guru-guru yang saya sebutkan di atas. 

Saya menjadi guru, karena keluarga besar saya adalah memang guru. Ibu saya kepala sekolah dasar, ayah saya guru SPG/SMA, dan semua kakak-kakak saya juga guru. Karakter para guru yang saya dapatkan mulai dari sekolah TK hingga saya kuliah, sangat memengaruhi dan memberikan andil yang sangat besar di dalam bagaimana saya berperan sebagai pendidik.

Banyak juga sisi seorang guru favorit kemudian menjelma di dalam diri saya, sehingga saya pun cenderung melakukan hal yang sama di dalam kelas, seperti halnya guru Bahasa Indonesia saya zaman SMA. Nama guru saya tersebut adalah Bapak Edi.Beliau sangat dekat dengan murid, namun kedekatan tersebut tidak membuat kami menjadi lancing. Itu yang membuatnya berbeda dan memiliki pesona dan aura postitif di mata anak didik.

Foto Roda Emosi Plutchik: cdn-gbelajar.simpkb.id
Foto Roda Emosi Plutchik: cdn-gbelajar.simpkb.id

TUGAS 1 REFLEKSI

1. Peristiwa Positif

Mendapatkan nilai ebtanas tertinggi pada saat duduk di bangku SMA. Ternyata saya mampu bangkit dari keterpurukan, di samping itu karena saya terpacu oleh guru bahasa Indonesia.

Kejadian Negatif

Di usia SMP, nilai anjlok, karena ada guru yang membat saya semakin insecure selalu dibanding-bandingkan dengan kakak kandung yang selalu meraih rangking pertama.

2. Siapa Lagi yang Terlibat dalam Peristiwa Tersebut

     Yang terlibat dalam peristiwa tersebut selain saya dan guru matematka, tentu saja semua teman-teman yang ada di kelas karena guru tersebut ketika membanding-bandingkan saya dengan saudara saya, suaranya sangat lantang, sehingga teman-teman menjadi tahu. Dan justru hal tersebut yang membuat saya minder dan semakin tertekan.

3. Dampak Emosi Kejadian Positif

- Munculnya rasa percaya diri dan optimis di dalam hati;

- Selalu ingin belajar;

- Berusaha menjadi yang terbaik.

Dampak Emosi Kejadian Negatif:

  • Minder
  • Tertekan
  • Pemurung
  • Pemalu
  • Malas belajar
  • Benci kepada guru tersebut

4.  Momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan karena momen tersebut membuat saya merasa menjadi seseorang yang sangat tidak berguna, saya merasa tertekan dan selalu ingin cepat pulang kalua sedang belajar. Tidak ada kenyamanan sama sekali. Begitu hebatnya perlakuan negative guru yang akan dikenang oleh siswa sehingga saya lebih berhati-hati di dalam bertutur, berpikir dan bertindak.

5. Pelajaran Hidup yang saya peroleh dari kegiatan Roda Emosi terkait peran saya sebagai guru

  • Guru harus dapat mengelola emosi dengan baik. Tidak membawa masalah keluarga ke sekolah, dan selalu memberikan excellent service kepada peserta didik karena hal tersebut akan terekam dengan sangat kuat oleh mereka.
  • Peristiwa positif yang sudah saya alami dan terekam baik tentunya nanti akan dapat memberikan gambaran positif untuk dapat diterapkan kepada mereka. Selalu memberikan motivasi walau hanya berupa apresiasi dan merespon setiap usaha mereka. Hal tersebut akan mampu mendorong mereka untuk dapat lebih bersemangat dan bangkit untuk terus dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
  • Memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk terus mengeksplorasi potensi, kreativitas, dan inovasi untuk mencapai tujuan.

6. Guru, Peserta Didik, Belajar, dan Makna

Guru adalah sosok yang sangat berperan di dalam keberhasilan peserta didik. Karakter yang positif akan berdampak luar biasa kepada peserta didik, begitu pula dengan karakter yang negative. 

Oleh karena itu, hendaknya kita dapat dijadikan role model bagi peserta didik sehingga Tindakan, perkataan dan perbuatan yang kita lakukan, akan menjadi sebuah contoh suri tauladan bagi mereka.  Seperti pemikiran Ki Hajar Dewantara, guru memberikan keteladanan dalam bertindak, bertutur, membangun keinginan siswa untuk berbuat sesuatu (kreatif dan inovatif), selanjutnya guru mendorong dan memotivasi peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun