Mohon tunggu...
Erni Wardhani
Erni Wardhani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis konten kreator (Youtube, Tiktok), EO

Guru SMKN I Cianjur, Tiktok, Youtube, Facebook: Erni Wardhani Instagram: Erni Berkata dan Erni Wardhani. Selain itu, saya adalah seorang EO, Koordinator diklat kepala perpustakaan se-Indonesia, sekretaris bidang pendidikan Jabar Bergerak Provinsi, Pengurus Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat, Pengurus Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat, Pengurus IGI kabupaten Cianjur, sekretaris Forum Kabupaten Cianjur Sehat, Founder Indonesia Berbagi, Tim pengembang Pendidikan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Provinsi Jawa Barat, Humas KPAID Kabupaten Cianjur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Harus Mempertanyakan Keberadaan Guru Penggerak?

13 Agustus 2022   12:47 Diperbarui: 13 Agustus 2022   14:02 2048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Program Pendidikan Guru Penggerak adalah sebuah program Pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini terdiri atas pelatihan melalui daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Untuk Angkatan 1 sampai dengan Angkatan 4, pelatihannya selama 9 bulan, untuk Angkatan 5, 6 dan 7, diubah menjadi selama 6 bulan tanpa mengurangi bobot dari pelatihan itu sendiri. Selama menjalankan program tersebut, guru tetap menjalankan kewajibannya mengajar di kelas karena pelatihannya sendiri berada di luar jam pembelajaran. Jadi tidak ada dari sananya, guru meninggalkan pekerjaannya untuk mengikuti pelatihan Program Guru Penggerak.

Guru penggerak diperuntukkan bagi seluruh guru. Baik itu pns, honorer, PPPK, maupun guru yang belum memiliki NUPTK. Dengan tidak adanya pengekslusifan persyaratan Program Guru Penggerak, ini menandakan bahwa program ini dibuat memang betul-betul untuk semua guru yang menginginkan adanya perubahan dan mau untuk berubah. Baik itu dari segi pola pikir, maupun dari segi kinerja. Tanpa embel-embel nantinya bisa menjadi kepala sekolah, atau jadi pengawas, walau memang di salah satu poin dari syarat menjadi kepala sekolah dan pengawas itu menyebutkan bahwa lulusan Program Guru Penggerak berhak mendapatkan semacan golden ticket untuk bisa menjadi kepala sekolah.

Program Guru Penggerak adalah Program yang sangat bagus, karena memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi semua Guru, tanpa memandang status apakah itu ASN atau bukan, yang memiiki serdik atau belum, yang terpenting sudah terdata di DAPODIK. Dan setiap Guru memiliki kesempatan untuk menambah ilmu dan mengembangkan dirinya.

Semua yang lolos tahapan seleksi awal akan didampingi oleh Pengajar Praktik. Oleh karena itu, apabila Pengajar Praktik di sebuah kota kurang/ belum ada, maka yang lolos seleksi CGP dialihkan ke angkatan berikutnya. Seperti yang terjadi di Angkatan 5, ada yang dialihkan menjadi Angkatan 7 dan 8, begitu pula di Angkatan 6, ada yang dialihkan ke Angkatan 7. Pengalihan angkatan ini adalah hal yang wajar dan bisa jadi sebagai bentuk ujian kesabaran, apalagi bagi CGP yang sudah tidak sabar guna mengikuti rangkaian pelatihan berikutnya.

Kelulusan peserta yang mengikuti program ini diambil dari akumulasi nilai dari tahap pengisian esai, simulasi mengajar, dan wawancara. Namun, pedoman penilaiannya tidak dipaparkan secara traansparan sehingga ketika banyak guru yang sudah memiliki predikat juara guru ini dan guru itu, atau pegiat komunitas ini dan itu banyak yang dinyatakan tidak lulus, menyisakan beragam pertanyaan pula tentang teknis penilaiannya. Mereka merasa penasaran karena tidak tahu dari sudut pandang mana yang menjadi kelemahan mereka karena tidak ada umpan baliknya. Namun, tentu para asesor pun tidak sembarangan untuk meloloskan atau tidaknya seorang peserta.

Ada beberapa alasan seorang guru memutuskan untuk mengikuti Calon Guru Penggerak. Ada yang memang sebelumnya berniat mengikuti seleksi kepala sekolah/ pengawas sekolah, dan menganggap bahwa dengan mengikuti CGP akan mendapatkan golden tiket, seperti yang telah digadangkan sebelumnya. Ada yang memang senang mengikuti kegiatan tersebut sekaligus menambah ilmu, relasi, dan mengupgrade diri, ada yang disuruh kepala sekolahnya, atau ada pula  yang hanya ingin menjajal diri. Bisa pula gabungan dari beberapa dan atau semuanya. Bisa saja.

Saya yakin, banyak sekali guru yang mengikuti program ini tidak semua memiliki tujuan agar bisa menjadi kepala sekolah, karena dapat dicirikan bahwa setiap guru yang mau dan semangat dalam mengikuti setiap pelatihan (apapun pelatihan itu namanya) adalah guru yang memiliki semangat untuk terus mengupgrade diri, mengembangkan potensi sekaligus guru yang selalu haus akan perubahan ke arah yang lebih baik, suka tantangan, dan pantang menyerah. Bukankah ketika lolos seleksi CGP akan dihadapkan dengan tugas yang bertumpuk serta lokakarya dan webinar yang sangat banyak dan harus selalu diikuti oleh para CGP? Bahkan hal tersebut pula yang membuat banyak orang enggan untuk mengikutinya, sehingga menguatkan opini bahwa guru yang mau mengikuti kegiatan ini adalah guru yang sudah terbiasa melakukan banyak pekerjaan, tantangan, dan perjuangan.

Namun memang di lapangan menjadi ada suara yang beranggapan seolah dengan adanya Program Guru Penggerak, maka yang tidak mengikuti program tersebut, seolah guru yang mager, males, tidak mau bergerak, sehingga tidak sedikit orang yang menjadi terpancing dengan perkataan di atas. Akhirnya mereka seolah sedikit nyinyir bahwa tanpa embel-embel Guru Penggerak pun, mereka memploklamasikan bahwa mereka tidak lantas diam tak berdaya. Istilahnya semua guru adalah guru penggerak.

Kenyataan di lapangan banyak juga lulusan Guru Penggerak yang hanya aktif di program itu saja, dan ketika di lapangan, ternyata masih banyak yang gagal paham. Disadari atau tidak, bagi lulusan Guru Penggerak yang tidak pada tempatnya, maka outputnya ketika mereka kembali ke lapangan, karakter mereka akan balik lagi ke setelan pabrik. Tidak jadi penggerak, bahkan tidak gerak, artinya mereka hanya bergerak selama mengikuti program itu saja. Ini harus dipahami oleh para lulusan Guru Penggerak karena dari sinilah banyaknya orang yang mulai mempertanyakan keberadaan Guru Penggerak.

Sejatinya, seorang guru penggerak harus mampu menginspirasi dan menebar virus bergerak, bergerak untuk maju demi dunia pendidikan Indonesia untuk lebih baik lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun