Mohon tunggu...
Erni Wardhani
Erni Wardhani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis konten kreator (Youtube, Tiktok), EO

Guru SMKN I Cianjur, Tiktok, Youtube, Facebook: Erni Wardhani Instagram: Erni Berkata dan Erni Wardhani. Selain itu, saya adalah seorang EO, Koordinator diklat kepala perpustakaan se-Indonesia, sekretaris bidang pendidikan Jabar Bergerak Provinsi, Pengurus Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat, Pengurus Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat, Pengurus IGI kabupaten Cianjur, sekretaris Forum Kabupaten Cianjur Sehat, Founder Indonesia Berbagi, Tim pengembang Pendidikan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Provinsi Jawa Barat, Humas KPAID Kabupaten Cianjur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ibu Sri Rahayu dan Nilai Moral dari Pengalaman bersama Dua (Mantan) Siswanya

3 Juli 2022   07:36 Diperbarui: 3 Juli 2022   07:41 2255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ternyata benar, mencetak karakter, kedisiplinan siswa yang bagus, akan membuat dirinya menjadi lebih baik, tapi kalau hanya mencetak siswa memakai selembar kertas nilai, belum tentu. (Ibu Sri Rahayu)

Viralnya cerita Ibu Sri Rahayu yang bertemu dengan dua siswanya terdahulu, dengan perbedaan sikap yang saling bertolak belakang,  membuat tamparan keras bagi kita khususnya para pendidik dan pengajar.

Diceritakan bahwa Ibu Sri bertemu dengan siswanya yang sudah menjadi seorang dokter, dan ketika Ibu Sri menyapa siswanya tersebut, sang Dokter tidak bisa mengingat guru yang memiliki andil besar dalam perjalanan karirnya. 

Sebaliknya, ketika Ibu Sri mengalami kesulitan dalam perjalanan, seorang siswa yang prestasinya biasa-biasa memperlakukan Ibu Sri dengan demikian istimewa (walau Ibu Sri tidak mengingat nama siswa tersebut).

Saya tidak menyangkal dengan apa yang saya tuliskan di awal tentang pernyataan Ibu Sri. Namun, saya tidak bisa membenarkan sepenuhnya pendapat dari Ibu Sri. 

Pernyataan Ibu Sri tidak bisa kita jadikan sebuah simpulan bahwa murid yang pintar, berprestasi, dan menjadi isu hangat para guru, karakternya akan lebih buruk dibandingkan dengan siswa yang kemampuan akademiknya kurang. Bisa juga sebaliknya. Tergantung dari individu masing-masing.  

Hanya saja dari cerita tersebut dapat dijadikan pelajaran berharga bagi kita semua. Baik kita sebagai pendidik dan pengajar, orang tua murid, maupun untuk para siswa.

Perlu digarisbawahi bahwa memang kepintaran seseorang tidak dapat dijadikan tolok ukur bahwa seseorang tersebut memiliki etika dan karakter yang lebih bagus. Semua terpulang dari individu itu sendiri berikut karakter yang mendukungnya. Lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat.
Kita  jangan pernah menilai seseorang hanya dari satu kali pertemuan saja. 

Bisa saja pada saat bertemu dengan Ibu Sri, sang Dokter sedang tidak dalam keadaan yang ideal, misalnya sedang dalam keadaan beban berat sehingga tidak begitu fokus dengan seseorang yang berada di hadapannya walaupun guru sendiri. Atau bisa juga gurunya mengalami perubahan fisik yang drastis sehingga susah untuk dikenali. 

Bisa juga pada saat itu, pasien yang datang sangat banyak sehingga sang Dokter tidak terlalu memerhatikan siapa saja yang datang, namun memang bisa pula sang Dokter tidak hapal, mengingat kemampuan seseorang di dalam menghapal nama dan muka berbeda-beda.

Begitu pula sebaliknya. Siswa yang prestasinya biasa-biasa, bisa saja pada saat itu  sedang dalam keadaan yang memang memungkinkan untuk menyapa Ibu Sri. Bisa pula karena dia hapal dengan nama Ibu Sri. Semua serba mungkin. Seperti halnya kita. Kadang tidak ingat nama seseorang bukan berarti kita tidak memiliki etika, namun banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut.

Ibu Sri juga kalau kita simak dari perkataannya di video, barangkali dulunya memperlakukan siswa tidak sama. Di video Ibu Sri bercerita bahwa dia menyapa Dokter tersebut dengan menyebutkan nama, namun ketika ditolong oleh siswanya yang terlihat biasa-biasa saja, dia justru menanyakan siapa nama siswa tersebut. 

Di sini Ibu Sri terlihat kalau dulunya (maaf) membeda-bedakan siswa yang berprestasi dengan yang tidak. Walaupun ini tidak bisa dijadikan sebuah patokan bahwa Ibu Sri seperti itu karena saya hanya menilai dari perkataan Ibu Sri yang hanya sekali pula.

Memahami kondisi siswa

Ingat atau tidaknya seseorang kepada kita, biasanya berbanding lurus dengan perlakuan yang kita berikan. Semakin berkesan (positif maupun negatif), maka dipastikan akan semakin dapat dikenang. Peristiwa siswa yang menjadi dokter tidak bisa kita generalisasikan bahwa siswa yang pintar tidak memiliki sikap yang baik dibandingkan dengan siswa yang biasa-biasa saja.  Saya yakin itu hanya kasuistik.

Secara psikologis, siswa yang seperti dokter (orang yang memiliki prestasi akademik bagus di sekolah), biasanya:

1. Tidak pernah diapresiasi sama sekali oleh keluarganya namun ketika nilainya turun, orang tuanya mengamuk;
2. Karena nilai akademisnya selalu bagus, maka anak selalu  diperlakukan seperti raja kecil di rumah. Semua dituruti tanpa adanya pembatasan.

Kedua poin di atas, akan berakibat bahwa si anak kurang bahkan tidak pernah mengapresiasi kebaikan dan jasa orang lain.

Pelajaran bagi pendidik adalah jangan pernah membeda-bedakan siswa dari kemampuan. Semua berhak diperlakukan adil. Setiap anak memiliki karakter dan kompetensi yang unik.

Hal terpenting untuk siswa, jadikan peristiwa ini sebagai cerminan bahwa siapapun dirimu, jadi apapun dirimu kelak, perlakukan siapapun (tidak hanya guru) dengan baik, adab, dan penuh etika.

Jangan pernah menilai sesuatu dan berkesimpulan hanya dari satu kali pertemuan saja. Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan seseorang tidak mengenal siapa diri kita.

Dan cerita ibu Sri Mudah-mudahan tidak menghancurkan keikhlasan seorang guru di dalam mengajar. Teruslah menebar ilmu dan kebaikan tanpa mengharap balas jasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun