Mohon tunggu...
Erni Sulistia
Erni Sulistia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru SMP Negeri 228 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Budaya Positif Menuju Lingkungan yang Kondusif dan Penuh Makna

14 Juni 2024   09:42 Diperbarui: 14 Juni 2024   10:05 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Membangun budaya positif di lingkungan sekolah, keluarga, ataupun komunitas merupakan langkah penting untuk menciptakan atmosfer yang kondusif dan penuh makna. Budaya positif ini tidak hanya berfokus pada aturan dan disiplin, tetapi juga pada pengembangan karakter, rasa hormat, dan tanggung jawab.

Saya melakukan kegiatan berbagi praktik baik diseminasi budaya positif kepada rekan-rekan guru di SMPN 228 Jakarta. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Juni 2024 yang diikuti oleh 12 guru dari berbagai bidang studi. Kegiatan diawali dengan pembukaan dan berdoa kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan pemantik. Hampir semua guru sepakat menjawab pertanyaan pemantik yaitu setuju bahwa Hukuman dapat mendisiplinkan anak. Pemberian hukuman dengan hal positif seperti membaca atau membersihkan halaman sekolah dapat meningkatkan disiplin anak. Dan memberi penghargaan dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Dari hal ini saya bersama rekan-rekan guru membahas materi mewujudkan budaya positif yaitu paradigma baru teori control, disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi, keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas, restitusi: 5 posisi kontrol, restitusi: segitiga restitusi. Pada kegiatan ini kami saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan budaya positif. Kami berdiskusi dengan menghadirkan kasus-kasus dalam penerapan pemberian motivasi, penghargaan dan hukuman serta penyelesaian masalah murid.   

Adapun ringkasan materi yang kami Bahasa antara lain sebagai berikut, paradigma baru dalam teori kontrol dan disiplin positif menjadi landasan utama dalam membangun budaya positif. Pendekatan ini menekankan pada pemahaman motivasi dan kebutuhan dasar manusia, serta pengembangan solusi yang konstruktif untuk mengatasi masalah.

Hukuman dan penghargaan perlu dipertimbangkan kembali peranannya. Hukuman yang bersifat menekan dan menghukum seringkali tidak efektif dalam jangka panjang, dan dapat menimbulkan efek negatif pada perkembangan mental dan emosional individu. Sebaliknya, penghargaan yang positif dan konstruktif, seperti pengakuan atas usaha dan pencapaian, dapat memotivasi individu untuk terus berkembang dan belajar.

Keyakinan kelas yang positif juga berperan penting dalam membangun budaya positif. Keyakinan ini adalah anggapan dasar tentang kemampuan dan potensi murid, yang dikomunikasikan kepada murid melalui kata-kata dan tindakan. Keyakinan positif dapat mendorong murid untuk lebih percaya diri, berusaha lebih keras, dan mencapai potensi terbaik mereka.

Kebutuhan dasar manusia juga perlu dipenuhi agar individu dapat berkembang secara optimal. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisiologis, seperti rasa aman, makanan, dan tempat tinggal; kebutuhan sosial, seperti rasa diterima, dicintai, dan memiliki; dan kebutuhan psikologis, seperti rasa kompeten, otonom, dan memiliki tujuan hidup.

Salah satu alat yang efektif untuk membangun budaya positif adalah segitiga restitusi. Segitiga restitusi merupakan kerangka kerja untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang adil, bertanggung jawab, dan berfokus pada pemulihan. Pendekatan ini melibatkan tiga pihak: orang yang melakukan kesalahan, orang yang dirugikan, dan komunitas. Ketiganya bekerja sama untuk menemukan solusi yang dapat memperbaiki kesalahan dan membangun hubungan yang positif.

Membangun budaya positif membutuhkan komitmen dan usaha dari semua pihak. Guru, orang tua, dan anggota komunitas perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, suportif, dan penuh dengan kesempatan belajar. Dengan menerapkan paradigma baru teori kontrol, disiplin positif, dan segitiga restitusi, kita dapat membangun budaya positif yang bermanfaat bagi semua.

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membangun budaya positif:

  • Membangun hubungan yang positif dan saling percaya.
  • Menetapkan aturan dan ekspektasi yang jelas dan konsisten.
  • Mengajarkan keterampilan hidup dan sosial yang penting.
  • Memberikan penguatan positif dan penghargaan atas perilaku yang baik.
  • Melibatkan murid dalam proses pengambilan keputusan.
  • Menyelesaikan masalah dengan cara yang adil dan konstruktif.
  • Merayakan keberhasilan dan pencapaian.

Dengan membangun budaya positif, kita dapat menciptakan lingkungan yang menyenangkan, aman, dan kondusif untuk belajar dan berkembang. Budaya positif ini akan membantu individu untuk mencapai potensi terbaik mereka dan menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan berkontribusi. Semoga kami, warga sekolah di SMPN 228 Jakarta dapat melaksanakan  budaya positif dalam lingkungan sekolah.  

Video Dokumentasi Kegiatan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun