Sekitar 20 tahun yang lalu, saat pertama kali saya mendengar bahwa sepupu saya di sulawesi baru saja membeli MESIN CUCI. Seketika yang terbayang oleh saya adalah sebuah mesin yang didalamnya terdapat sikat cuci yang digerakkan oleh lengan robot, pakaian akan ditarik masuk lembar demi lembar lalu robot akan bekerja memberi sabun dan menyikat pakaian tersebut. Tapi ternyata setelah saya melihat langsung benda itu, ternyata mesin cuci itu jauh dari yang saya bayangkan. Didalamnya sama sekali tidak ada sikat cuci ternyata.
Beberapa waktu lalu, di sebuah pelatihan saya bercerita kepada ibu-ibu peserta, bahwa sekarang ada yang namanya MESIN CUCI PIRING. Kemudian saya bertanya pada seorang ibu, "Apakah ibu sudah pernah melihat langsung mesin cuci piring itu?". Dia jawab "Belum".
"Lalu apa yang terbayang di pikiran ibu tentang mesin itu?", saya mengejar pertanyaan.
Dengan polos ibu itu menjawab, "Apa piringnya tidak pecah-pecah gitu?"
Ternyata yang dibayangkan oleh ibu itu adalah mesin yang mirip mesin cuci pakaian, tetapi diisi dengan piring, gelas dan peralatan makan lainnya, lalu diputar balik ala mesin cuci pakaian.
Begitulah INOVASI, lahir dari orang-orang yang biasanya BUKAN PAKAR di bidang itu.
Lampu listrik ditemukan bukan oleh pakar lilin, lampu teplok, dan lampu petromaks. Dan bukan dengan mengembangkan teknologi lampu teplok, tetapi berpikir di luar teori tentang sumber cahaya yang dipahami orang ketika itu.
Teknologi Cloud Computing ditemukan bukan dengan mengembangkan media penyimpanan digital storage, seperti pengembangan Floppy Disk menjadi CD, CD menjadi DVD dan DVD menjadi Flashdisk dan Memory Card. Bukan itu...!
Tetapi cloud storage justru berpikir bagaimana menyimpan data tanpa harus membawa-bawa media penyimpanan seperti itu.
Aplikasi Go-Jek dikembangkan bukan oleh seorang juragan pengelola pangkalan ojek. Sekali lagi, itulah INOVASI.
Ketika saya melihat fakta-fakta itu, saya lantas berpikir, apa mungkin pendidikan kita bisa dimajukan oleh para pakar pendidikan saat ini. Bisakah produk lembaga pendidikan kita survive di era KOMPETISI INOVASI saat ini?
Saya kira yang terutama harus berpikir dan bertindak 'Out of The Box' adalah bapak presiden kita. Yaitu ketika beliau mengangkat seorang menteri pendidikan yang berlatar belakang pendidikan "Economics and Political Science" dan "Business Administration", bukan seorang profesor pendidikan.
Karena itu bersiap-siaplah, arah gerbong pendidikan kita kemungkinan akan berbelok tajam, dan bisa membuat sebagian penumpangnya mabuk dan muntah. Harapan yang paling sederhana sih adalah bahwa beliau berkenan mengembalikan mata pelajaran TIK / Informatika sebagai mapel wajib di semua level pendidikan. Setelah mapel itu dihilangkan menteri pendidikan sebelumnya.
Selamat bertugas Mas NADIEM MAKARIM.
Kami menunggu inovasi-mu untuk pendidikan di negeri ini.
Artikel ini dibuat terinspirasi dari tulisan kakanda Eyank Vhazollee