Orang tua menjadi sosok yang penting dalam kehidupan remaja karena orang tua merupakan salah satu agen sosialisasi primer yang melekat pada diri setiap individu. Orangtua sebagai guru pertama pada diri remaja diharapkan mampu mensosialisasikan norma-norma yang ada terkait lingkungan sosialnya sehingga mampu menciptakan anak yang berperilaku sesuai norma di masyarakat. Namun, pada kenyataannya, tidak semua orangtua siap menerima peran memberikan edukasi terhadap anak-anaknya.
Banyak orangtua yang tidak terpapar pentingnya edukasi kepada anak.Orang Tua masih sering menjadi pribadi yang egois dimana mereka lebih mementingkan kehidupan dirinya sendiri berujung kepada pengabaian anak. Beberapa kejadian dimana orang tua lebih mementingkan dirinya dapat terlihat dari kasus perceraian yang meningkat setiap tahunnya, KDRT yang dilakukan terhadap anak, dan lain-lain. Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang yang penuh terhadap orang tuanya akan mencari kesenangan di luar lingkungan sosialnya sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan adanya bentuk kriminal yang terjadi di lingkungan masyarakat.Â
Pelarian anak yang tidak memiliki rasa kasih sayang yang penuh akan berujung kepada dunia pergaulan yang semakin bebas dimana banyak anak yang melakukan segala cara untuk membuat dirinya bahagia seperti memperkosa, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya. Kebebasan yang berlebihan pada diri pemuda yang dibarengi oleh minimnya pengawasan baik dari keluarga maupun lingkungan masyarakat akan membuat pemuda merasa bebas melakukan hal-hal menyenangkan lainnya tanpa memikirkan konsekuensi perbuatan yang ia lakukan.Â
Krisis identitas yang dalam juga menjadi salah satu faktor mengapa pemuda sering terjerat dalam suatu tindakan kriminal. Hal ini dikarenakan, pada diri pemuda, terdapat adanya perubahan-perubahan yang berpengaruh keseluruhan diri pemuda. Perubahan tersebut ialah perubahan biologis dan sosiologis yang terjadi di dalam diri pemuda sehingga memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi yang menyatu. Intergasi pertama ialah terbentuknya perasaan akan konsistensi pada kehidupannya dan kedua ialah tercapainya identitas peran yang ada.
Pada kebanyakan kasus, pemuda seing mengalami tindakan kriminalitas ialah karena kegagalan mencapai integrasi pada tahap dua. Krisis identitas dan  kontrol diri yang lemah pada diri pemuda akan menghasilkan bentuk kriminalitas yang parah. Hal ini diakibatkan karena pemuda sulit untuk mempelajari dan membedakan tingkah laku yang baik dan buruk di dalam lingkungan pertemanan sehingga pemuda terseret pada perilaku nakal lainnya yang didasarkan atas rasa tidak enakan.Â
Namun, tidak selamanya kesulitan membedakan tingkah laku baik dan buruk menjadi kunci dalam penyebab tindakan kriminal di pemuda, pemuda juga dapat terjerumus kepada tindakan kriminal apabila tidak mengetahui cara berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki.Â
Soerjano Soekanto menerangkan tentang adanya unsur terjadinya suatu pelanggaran pada diri seorang perilaku kriminal. Unsur tersebut ialah niat untuk melakukan suatu pelanggaran dan kesempatan untuk melakukan niat tersebut.Â
Dalam kata lain, tindakan kriminalitas dapat muncul diawali dengan niat dan kesempata yang ada dalam melakukan aksi kriminalitas tersebut. Menurut Soerjono, perilaku kriminilitas tidak akan melakukan tindakan kriminalitas jika hanya salah satu unsur yang terjadi. Hal ini memiliki pengertian bahwa yang melakukan tindakan kriminal, sebelumnya pasti sudah memiliki niat yang buruk, adanya niat yang buruk dibarengi oleh kesempatan yang ada membuat pemuda semakin lancar melakukan aksinya.Â
Kriminalitas yang dilakukan pemuda tentunya menimbulkan banyak efek negatif yang ditimbulkan baik di lingkungan sekitarnya ataupun dirinya sendiri. Efek tersebut dapat berupa adaya rasa kesengrasanan yang terjadi pada diri pemuda karena ia baru saja melanggar norma di masyarakat dan juga kerugian materiil yang terjadi karena tindakan kriminalitas yang ia lakukan.Â
Banyaknya efek negatif yang terjadi pada tindakan materiil yang dilakukan oleh pemuda mengharuskan adanya tindakan preventif dan penanggulangan secara kuratif yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya. Tindakan preventif dapat dilakukan dengan berbagai hal, diantaranya ialah peningkatan kesejahteraan keluarga, perbaikan lingkungan sekitar pemuda tinggal, pendirian bimbingan psikologis yang dilakukan oleh psikolog profesional, dan pengadaan rumah tahanan khusus untuk remaja dan anak.Â
Dari berbagai tindakan preventif yang bisa dilakukan, peningkatan kesejahteran keluarga menjadi hal yang penting karena keluarga merupakan bentuk sosialisasi yang paling remaja butuhkan. Selain itu, pemuda dan setiap individu juga pasti membutuhkan empat untuk "pulang" dimana pemuda mampu melepaskan beban yang ada di kehidupannya sehari-hari. Sayangnya, tidak semua keluarga memberikan adanya tempat pulang yang nyaman  bagi individu. Hal ini dibuktikan dengan adanya perceraian, KDRT dan bentuk percekcokan yang ada di lingkungan keluarga sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada diri seorang pemuda.Â