Apa yang terbersit di hati dan pikiran kita, kala mendengar kata cinta?Ya cinta! Suatu yang abstrak, suci nan agung. Suci bagi mereka yang berjiwa tenang. Tulus dan lembut, bak embun pagi menyirami taman hati. Cinta mengalir dari air abadi menuju jiwa-jiwa yang dahaga.
Dalam bahasa Yunani, istilah cinta berasal dari kata erros. Artinya, dorongan atau rangsangan bersatu dengan sesuatu benda atau seseorang yang menarik. Oleh orang Yunani, erros lebih dikenal sebagai luapan hasrat seksual. Beda halnya dengan bahasa Arab, cinta berasal dari dari kata Al-Hubb atau anting-anting. Kok nga nyambung, ya? Menurut orang Arab sendiri, seseorang yang sedang jatuh cinta pasti hatinya bergoyang. Untuk itu, cinta disamakan dengan anting-anting yang selalu bergoyang saat dikenakan di daun telinga.
Cinta adalah sebuah kekuatan dalam menempuh perjalanan hidup. Perjalanan panjang dan berliku. Seperti banyak kisah pendahulu kita dalam memperjuangkan cinta, di mana namanya terukir indah dalam prasasti cinta. Kisah cintanya tetap indah dan hangat, diperbincangkan di taman-taman cinta. Atas nama cinta, mereka berkorban jiwa raganya untuk memperebutkan singgasana cinta. Di antara kisah-kisah yang tidak asing lagi di telinga kita adalah, Romeo dan Juliet dari negeri Eropa, Laila Majnun dari negeri Arab. Tidak ketinggalan pula dari tanah pertiwi ini, kisah cinta Siti Nurbaya dengan syamsul Bahri pada jaman Feodal. Dan masih banyak kisah-kisah cinta lainnya yang tidak kalah menariknya untuk selalu diperbincangkan di bilik-bilik cinta.
Sekarang, kita tengok pada sebuah negeri yang konon ceritanya banyak menciptakan sebuah peradaban. Di negeri Yunani, ada sebuah legenda yang mendunia ceritanya, Loncat Sapoo namanya. Loncat Sapoo mengisahkan seorang wanita yang terjun bebas ke puncak karang. Ia, mati. Lantaran, sang kekasih hatinya mengkhianati cintanya.
Tidak mau ketinggalan, Khalil Gibran, seorang penyair ternama asal Libanon, ikut meramaikan cintanya di belantika cinta. Ia, jatuh cinta pada Selman Al-Karami. Selman direnggut penguasa. Gibran sakit sati. Dan, Ia mati dengan membawa kegundahan hati. Itu sebabnya, syair-syairnya sangat menyayat hati. Katanya seh Romantis !
Setelah ke Libanon, kita mendarat Ke Pakistan. Di negeri ini, ada seorang penyair kondang. Muhammad Iqbal namanya. “jika tiada cinta, agama serta segala aturannnya ibarat kumpulan bayangan bisu,” ungkapnya, “akan tetapi, jika diperkuat dengan cinta, alam semesta ini akan tertata indah.”
Bicara soal cinta adalah bicara soal hati. Untuk itu, ada istilah menarik dari salah satu Ulama Ma’ani. Ia berpendapat: cinta adalah kecenderungan hati pada sesuatu, yakni keindahan dan kelezatan bagi orang yang mencintai. Bilamana kecenderungan hati itu kuat disebuah shababah. Jika cinta berlebihan, itu di sebut ashyik. Dan, cinta yang sampai puncaknya dan masuk ke relung hati, di sebut tatayum. Gitu…….
Masih soal cinta. Islam mengajarkan sesuatu yang berharga, bagaimana manusia menyusun skala prioritasnya cintanya. Uraian atau tingkatan tertinggi perasaan cinta, yakni kepada Allah SWT. Kedua, kepada Muhammad Rasulullah. Ketiga, cinta pada sesama. Perasaan cinta ini ditujukan kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat maupun jauh, teman sejahwat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Keempat, harta, tempat tinggal, dan kekuasaan mendapat porsi untuk dicintai pada tataran yang lebih rendah. Anda, punya tingkatan cinta yang mana?
IZINKAN AKU KEKASIH,..........
Duhai, Kekasih jika diriku telah melekat cinta
Izinkan cinta ini hanya tertuju pada-Mu