Mohon tunggu...
Erni Masruroh
Erni Masruroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa INISNU Temanggung

Aku adalah manusia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Inklusi Anak Hiperaktif di Tingkat Sekolah Dasar

30 Juni 2023   10:34 Diperbarui: 30 Juni 2023   10:43 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu pendidikan , kurikulum adalah satu hal penting. Karena pendidikan merupakan bagian dari kurikulum. Begitu juga dalam pendidikan inklusif , menurut Ilahi (2013:171), kurikulum pendidikan inklusi menggunakan kurikulum sekolah reguler (curriculum Nasional) yang telah dimodifikasi (diimprovisasi) sesuai dengan tingkat perkembangan anak berkebutuhan khusus .

 Di bawah kurikulum, RPP merupakan hal yang paling penting, namun dalam pendidikan inklusi biasa disebut dengan PPI (program belajar individu). Jadi setiap siswa ABK mereka memiliki PPI sendiri. Program studi individu itu sendiri merupakan pedoman bagi para guru .Ini mencakup sejauh mana kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu dan memahami materi.

 Hiperaktif merupakan salah satu dari bagian anak inklusi . Hiperaktif adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan pola perilaku seseorang menunjukkan penolakan untuk bersikap tenang, bijaksana dan impulsif. Pelaksanaan pendidikan inklusi untuk anak hiperaktif di kelas SD tidak jauh berbeda dengan diagnosa lain. Itu hanya karena para siswa hiperaktivitas biasanya lebih banyak bergerak, dan gerakan ini memancing konsentrasi siswa lainnya. Selain merugikan diri sendiri, sifat impulsif anak hiperaktif terkadang mengganggu siswa lain. Dalam pembahasan ini, pelaksanaan pendidikan khusus inklusi bagi siswa sekolah dasar hiperaktif menitikberatkan pada dua hal utama. Fokus pertama adalah belajar disiplin bagi anak hiperaktif.

 Fokus lainnya adalah menerapkan pembelajaran bagi anak hiperaktif. Dalam mengajarkan kedisiplinan kepada anak hiperaktif, guru bisa membuat penyesuaian untuk mengakomodasi rentang perhatian pendek siswa hiperaktif. Salah satunya menandatangani kontrak. Guru setuju dengan siswa: "Anda dapat meninggalkan kelas kalau mau keluar, tapi harus minta izin dan segera kembali." Selain disiplin sekolah, kerja sama dengan orang tua sangat penting. Komunikasi antara orang tua dan guru sering terputus. Menyebabkan ketidak sesuaian disiplin. Tingkat perkembangan disiplin untuk usia 3-8 tahun adalah menaati tuntutan atau aturan orang lain baik di sekolah maupun di lingkungan sosialnya. Masalah guru Menanamkan kedisiplinan pada siswa hiperaktif adalah mengulang dan mengulangi aturan yang sudah ada. Sehingga siswa terlibat dalam pemikirannya untuk selalu disiplin.

Ketika siswa mengerti kedisiplinan, diharapkan siswa hiperaktif yang impulsif dan bertindak sesuai dengan kehendaknya akan meredamnya kemampuannya untuk memahami ketaatan kepada seseorang.

 Dalam sistem pendidikan dengan program inklusif dikenal istilah khusus yaitu pull out adalah instruksi khusus untuk awalnya siswa mendaftar dan berada satu kelas dengan siswa umum lainnya kemudian berubah menjadi belajar mandiri dengan guru tetapi materinya sama dengan siswa di kelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun