Mohon tunggu...
Erni Suryani
Erni Suryani Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang Ibu Rumah Tangga yang peduli pada masalah pendidikan, sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tema Pre-Wedding di Buku Tahunan Anak Setingkat SMP?

20 November 2014   23:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:17 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya menulis ini tepat sehari sebelum ulang tahun sulung kami yang ke 14. Sudah beberapa hari ini dia selalu bilang "pokoknya aku ngga mau ikut-ikutan foto". Dia sudah kelas kelas IX di sebuah Madrasah Tsanawiyah Negeri dan sedang dalam persiapan membuat buku tahunan sebagai kenang-kenangan buat mereka kelak.  Tadinya saya fikir dia hanya malas bergaya di depan kamera. Tapi naluri saya sebagai ibu mulai menangkap ada yang kurang beres  dalam hal ini. Dan setelah saya cecar barulah ia bilang kalau malas difoto karena disuruh memakai jas dan fotonya bertema pre wedding.

Langsung saya ambil hp dan berikut adalah komunikasi yang terjadi antara saya dengan wali kelas lewat sms tanpa satu hurufpun saya kurangi atau lebihkan

"Assalamualaikum. Selamat siang Pak..........(nama wali kelas). Saya orang tua dari........ mau minta konfirmasi soal foto untuk buku tahunan yang di Ancol, apa benar dalam foto tersebut mengambil tema pre wedding"
satu menit kemudian masuk balasan : "iya bu"
Kemudian saya mencoba menelpon. Ada nada masuk tapi tidak diangkat. 5 menit kemudian saya kembali mengirim pesan
"Maaf tadi saya mau nelpon tapi mungkin Bapak sedang sibuk. Saya mau tahu pemilihan tema demikian usul dari siapa. Kalau bisa tolong diganti karena belum layak untuk anak2 usia mereka walau dengan gaya rame2 tapi temanya sangat tidak pas"

Belum ada balasan dan saya lanjutkan dengan kiriman berikutnya
"Maaf ya Pak, saya menyekolahkan anak saya disini karena berharap nilai2 Islami yang didapat, sedangkan foto pre wedding itu tidak termasuk dalam konsep Islam"
Belum juga dibalas, beliau memang sedang berada di Cibodas mengawal anak2 dalam kegiatan LDKS. Sekali lagi saya kirimi pesan
"Sekali lagi mohon maaf sebesar2nya, semoga usul saya didengarkan. Saya tunggu kabarnya Pak"

Satu jam kemudian balasan yang ditunggu datang juga "kenapa gk usul saat bagi rapot kemarin, anak2"
Mungkin maksudnya waktu mengambil rapot bayangan ada rapat anak2 sebelumnya, saya tidak tahu karena di undangan hanya tertulis pengambilan rapot pra semester.

Dan ini jawaban saya : "iya Pak, benar mestinya usul waktu rapat. Tapi minimal kan Bapak bisa membimbing untuk tidak menggiring mereka menuju pernikahan dini. Mereka sedang waktunya dimotivasi untuk berjuang menggapai cita2"

Jawabannya adalah "maaf ini bp atau ibu" lucunya si Bapak wali kelas padahal di awal dia sudah pede menyapa saya dengan sebutan bu. Secepatnya saya balas "Saya ibunya......"

"Ibu kmrin kan dtang kenapa gk ngmong". Hey.......ingin saya berondong dengan argumen bahwa saya hanya terima undangan pengambilan rapot pra semester, bukan undangan rapat, maka saya tidak tahu dan baru datang setelah rapat itu selesai. Dan yang datang belakangan tidak disampaikan tentang tema pre wedding tersebut. Tapi urung karena bukan itu inti masalahnya

"salahnya saya datang terlambat Pak. Ada meeting juga di kantor. Sebetulnya untuk soal seperti ini sudah percayakan kpd Bapak selaku wali kelas bisa menengahi sesuai dengan koridor Islam sesuai nama sekolahnya, Madrasah Tsanawiyah" Ingin protes malah yang ada berkali2 saya meminta maaf.  Hari itu mendadak saya dipanggil ke kantor untuk mengikuti meeting soal pengembangan usaha pembuatan program baru.

"Maaf  Bu, itu kesepakatan anak2 dn orang tua saat ngambil rapot, mungkin pemotretann ya individu bk berpasangannya" Sekali lagi penulisan Bapak Wali Kelas persis seperti itu, ngetik buru2 dengan doble "n"nya.
Dengan menahan gregetan saya membalas dengan santun "Iya saya faham sekali Pak. Saya percaya tidak mungkin juga Bapak memasang2kan anak2. Tapi maksud saya temanya itu Pak. Mestinya Bapak selaku guru bisa memberi pengarahan yg benar, bukan malah memfasilitasi keinginan mereka yg aneh2"
"Mudah2an saran saya bisa menjadi pertimbangan. Foto belum diambil, masih jauh naik ke percetakan. Bapak memiliki otoritas penuh atas hal ini. Mereka harus diberi pemahaman yang benar Pak. Sekian. Wasaalam".

Ada banyak alasan mengapa saya menolak tema tersebut. Pertama, saya belum mau segera menikahkan anak saya. Kalaupun sudah waktunya nanti, tidak ada keharusan memasang foto di kartu undangan dan tempat resepsi. Kalau ada foto juga, biarlah difoto masing2 saja. Kedua, Mereka bersekolah di Madrasah, bukan itu yang saya harapkan didapat dari sekolah. Tidak ada tuntunan dalam agama yang kami anut untuk berfoto bersama sebelum menikah. Ketiga, Ya Allah.....ini lembaga pendidikan untuk anak2 setingkat SMP. Baru besok dia genap berusia 14 tahun, kasihan mereka dikarbit dari berbagai arah termasuk dari sekolah yang harapkan menjadi benteng pertahanan akhlak dan moral mereka. Terakhir, saya sangat kecewa dengan wali kelas yang nota bene adalah orang saya titipi anak untuk belajar nilai2 yang benar darinya malah terlihat tidak berdaya, atau malah dia tidak mengerti ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun