Untuk sebuah siang di Tambolaka, aku ingin memejamkan mata. Sampai aku dapat melupakan, seluruh debu-debu rasa yang tumpah dengan genangan air mata di Kodi Utara.
Anak-anak bertelanjang dada dengan ingus yang mengering tanpa sempat terseka.Untuk lelaki yang duduk-duduk sambil tertawa dengan bilah-bilah golok di pinggang di antara para perempuan yang bekerja. Jika saja engkau dapat meraba, di sini mereka tengahmenenun luka.
Aku belum sepenuhnya terjaga dari lorong waktu ke masa lalu, di tanahmu, wahai Sumba. Di antara kuda-kuda yang menghentak-hentak kaki menjadikannya deru debu ke udara. Pikiranku ada di antara rerumputan padang savanna yang belum juga sempat mengurai cahaya. Cahaya yang semestinya membuat mata semua terbuka.
____
Catatan :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H