[caption id="attachment_303539" align="aligncenter" width="360" caption="credit image : http://secondnaturearomatics.com/"][/caption]
Pucuk-pucuk pengharapan tumbuh perlahan di taman penantian.
Ada melati putih di sana, di seluruh sisinya yang merekah indah.
Aku telah menanamnya di balik jendela hati, yang terbuka pada fajar-Mu.
Melati yang  mewangi untuk-Mu
Aku menanti, seperti tangkai-tangkai randu digelayuti kapas-kapas  merindu
disentuh angin, lalu melayang-layang di balik awan, berjingkat-jingkat di antara burung-burung yang terbang tanpa suara, bersama   awan putih.
Putih itu saru.
Seperti, cintaku dan cinta-Mu.
Selayak, rinduku dan rindu-Mu
Aku merindu-Mu, dengan rasa yang tak tergambar dalam kata-kata.
Pada setiap hela nafasku dan aliran darahku, di sana hanyalah aliran kebesaran-Mu,
ya.. Allah.
Aku   melihat semesta-Mu,  ada lukisan-Mu, Aku menatap keindahan-Mu.
Engkau telah lihat kilatan  cinta di mataku.
Nafasku  berembus dan darahku mengalir di taman penantian.
bersama  senandung burung-burung yang melantunkan dzikrullah
Subhanallah…
Walhamdulillah…
Wala ilaha ilallah…
Allahu akbar…
Di sini, aku menunggu.
Di taman penantian,
Untuk dipersunting-Mu,
Dan, aku  ingin jatuh,  hanya  dalam peluk-Mu.
_______
14 November 2013 j 04.45 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H