Mohon tunggu...
Erna Suminar
Erna Suminar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar, sederhana dan bahagia

# Penulis Novel Gerimis di El Tari ; Obrolan di Kedai Plato ; Kekasih yang tak Diinginkan ; Bukan Cinta yang Buta Engkaulah yang Buta. Mahasiswa Program Doktor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pygmalion, Pikiran Jadi Kenyataan

13 April 2011   21:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:50 3896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi yang akrab dengan mitologi Yunani, tokoh Pygmalion bukanlah nama yang asing. Pygmalion adalah seorang pematung yang sangat terkenal akan karya-karya indahnya. Ia tidak mau menikah karena memandang perempuan di sekitarnya tak ada yang memenuhi syarat seperti impiannya. Akhirnya, energi sensualitasnya ia kerahkan untuk membuat sebuah patung perempuan dari gading dengan kecantikan sempurna sesuai dengan hasratnya yang ia beri nama Galatea.

Galatea menjadi puncak karya Pygmalion. Ia sangat mengagumi dan mencintai karyanya sendiri. Galatea ia perlakukan dengan lembut, penuh kasih mesra seperti pada istrinya. Ia kalungkan bunga dilehernya, membalutkan selendang sutera dan mutu manikam disekujur tubuhnya. Setiap hari, Pygmalion menatapnya danbercengkerama dengannya. Ia berbicara dengan Galatea, seolah-olah Galatea hidup. Dan malam hari Galatea ia rebahkanke peraduan dengan bantalan bulu angsa.

Pada saat ada pesta di Cyprus untuk memuja Venus, dewi keindahan, dimana semua penduduk disana berdo’a dan memberi persembahan. Pygmalion tak ketinggalan untuk datang dan berdo’a di altar. “ Oh Dewa, Engkau mampu melakukan sesuatu, berikan kepadaku melalui persembahan ini,demi istriku. Istriku yangtampak seperti perawan gading.” Pymalion tidak mengatakan kalimat “patung” ia menganggap Galateanyata.

Ucapan ini didengar oleh dewi Venus yang dapat merasakan kesepiannya seorang seniman. Akhirnya dewa Zeus meniupkan api asmara. Venus memberi kekuatan hidup bagi Galatea. Dan alangkah kagetnya, ketika ia pulang dan mencium bibir Galatea, ia merasakan hanganya bibir Galatea. Ia sedang tidak bermimpi. Galatea benar-benar hidup. Pasangan itu akhirnya ia memperoleh putra yang bernama Paphos yang diabadikan menjadi nama kota bangsa Hellenik untuk memuja Venus.

Pygmalion Effect

Kisah Pygmalion menjadi inspirasi psikolog dalam mengembangkan persepsi, stigma serta konsep diri manusia. Keyakinan Pygmalion bahwa Galatea hidup dan seolah-olah hidup menjadikan Galatea benar-benar hidup.Jadi, jika anda mempersepsiputra kita bodoh, maka ia akan menjadi bodoh. Karena kita tidak cukup kuat energi dan percaya bahwa ia adalah anak pintar. Akhirnyakita akan mentreatment –nyadengan cara yang bodoh pula.

Karena itu, betapa penting bagi setiap orang tua memberikan stigma positif kepada anak-anaknya agar mereka kemudian lahir dengan konsep diri dan kepribadian yang kuat serta asertif. Karena kehidupan, seperti yang dikatakan Epictetus, adalah yang dihasilkan oleh pikiran kita. You are what you think, kata para psikolog. Mahatma Gandhi pun memiliki keyakinan yang serupa, bahwa orang menjadi apa seperti yang diyakininya sendiri. Menurutnya Gandhi,jika saya selalu mengatakan kepada diri saya bahwa saya tidak dapat melakukan sesuatu, mungkin saja saya memang tidak bisa melakukannya. Sebaliknya, jika saya yakin mampu melakukannya, saya pasti mendapat kemampuan untuk melakukannya meskipun pada awalnya mungkin saya tidak memilikinya.

Para ahli komunikasi menerjemahkan Pygmalion Effect ini dengan istilah ramalan pemenuhan diri atau nubuat yang dipenuhi dengan sendirinya. Contohnya :jika kita berpikir, orang lain tidak menyukai kita. Makapikiran kita akan mengatur bahasa verbal dan non verbal kita menjadi kata dan gerakan yang memang akan membuat orang tak suka. Akhirnya memang kita benar-benar nyebelin.

Citra kehidupan ini kita jalani seperti citra dalam pikiran kita. Tafsir-tafsir kepada kehidupan, positif maupun negatifkita lalui seperti model mental kita. Sudut pandang kita membentuk lanskap keindahan dan kemuraman, kebahagiaan dan kesengsaraan, putus asa dan harapan dan mewujud dalam realitas kita menjalani kehidupan.

Bagi orang-orang yang lokus dirinya baik, menurut Kris Cole, mereka membawa cuaca sendiri. Mereka tidak perlu menerima pelayanan yang hebat agar suasana hatinya baik, dan layanan buruk tidaklah membuat suasana hati mereka juga buruk. Ia tidak membiarkan orang lain mengendalikan dan menentukan apakah mereka akan gembira atau sedih, senang atau tidak senang. Orang ini tak akan menyerahkan lokus control mereka ditangan orang lain.

Akhirnya kisah Pygmalion mengajarkan kita pentingnya akan sebuah keyakinan untuk memelihara pikiran-pikiran positif dalam jiwa kita.

Sebagai penutup,Saya akan mengakhiri tulisan ini dengan kalimatindahdari Frank Outlaw : Pikiran itu akan jadi kata-kata, kata-kata menjadi tindakan, tindakan menjadi kebiasaan, kebiasaan menjadi karakter dan karakter itu akan jadi nasib.

________

Sumber Gambar : www.images1.fanfom.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun