Mohon tunggu...
Erna Suminar
Erna Suminar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar, sederhana dan bahagia

# Penulis Novel Gerimis di El Tari ; Obrolan di Kedai Plato ; Kekasih yang tak Diinginkan ; Bukan Cinta yang Buta Engkaulah yang Buta. Mahasiswa Program Doktor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Cut Tari dan Cut Nyak Dien

17 Juni 2010   16:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali saya mendengar nama depan Cut, terbayang oleh saya seorang perempuan dengan baju dan rambut yang disanggulkhas Aceh dengan pedang yang diselipkan diantara selendang. Saya baru menyadari, gambaran tentang perempuan Aceh tidak benar setelah melihat Cut Tari.Rambut Cut Tari yang indah dibiarkan tergerai. Baju yang dikenakannya hampir selaluminimalis dan memperlihatkan seluruh pesona tubuhnya yang indah kala didepan kamera. Rupanya selama ini pikiran saya masih terkungkung mengenai perempuan Aceh yang digambar sendiri dalam pikiran. Saya telah terjebak dalam romantisme militansiseorang tokoh perempuan Aceh yang bernama Cut Nyak Dien.

Pesona Tjut Nyak Dien berbeda dengan pesona Cut Tari. Pesona Cut Nyak Dien terletak pada ketegarannya dan semangat perjuangannya melawan kolonialisme di bumi Serambi Mekkah. Beliau menjadi panglima perang setelah suaminya, Teuku Umar gugur.Seluruh penderitaan dan kesengsaraan di medan laga demi kemerdekaan. Ia bahkan tak peduli dengan tubuhnya yang ringkih karena keletihan dan deraan penyakit selama perang gerilya, keluar masuk hutan untuk melawan kolonial. Semangat juang Cut Nyak Dien melampaui rasa sakitnya. Sampai akhirnya ia ditangkap Belanda dalam keadaan sakit dan buta untuk kemudian diasingkan di Sumedang.

Sisi lain seorang Cut Nyak Dien disamping seorang pejuang, ia adalah seorang pendidik yang senang menghafal Qur’an dan mengajarkannya bukan hanya di Aceh tetapi juga ditempat pembuangannya di Sumedang sambil menunggu ajal menjemputnya. Perempuan Indonesia manapun yang membaca dan menghayati kisah Cut Nyak Dien, akan terasa dirinya tak berarti dan tak layak disandingkan keagungan pahlawan satu ini. Karena itu saya tidak akan pernah membandingkankan antara Cut Nyak Dien dengan Cut Tari. Saya kira, membandingkan orang bukan pekerjaan yang bijak, karena setiap individu itu unik.Yang sesungguhnya terjadi ketika saya mengangkat tulisan ini, saya hanya tertarik dengan nama depan “Cut” yang dimiliki keduanya. Dan keinginan mentertawakan diri sendiri, tentang sempitnya berpikir saya mengenai arti “Cut” yang ternyata dalam bahasa Aceh memiliki arti harfiah “sedikit”, dan merujuk pada perempuan Aceh yang memiliki keturunan “darah biru”.

Maka ketika saya mendengar membaca dan melihat berita-berita mengenai Cut Tari dengan cerita syuurnya, pikiran saya semakin terbuka dengan terang.Ternyata saya menakar perempuan Aceh, terutama yang bergelar Cut terlampau tinggi. Sekarangsadar bahwa Cut bukanlah sebuah nama yang selalu dipakai untuk dirujuk pada sebuah militansi dan semangat berkorban untuk membebaskan rakyat dari penindasan seperti yang diajarkan dalam kisah-kisah sejarah kepahlawanan, tetapi juga untuk kisah selebritis.

Kendati saya sangat sedih dengan apa yang telah terjadi pada Cut Tari. Namun Cut Tari telah mengukir kisah hidupnya sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dicaci, dimaki dan digunjingkan masyarakat umum sedang menjadi episode hidup yang harus dilalui. Namun saya kira, sebagai orang yang beriman Cut Tari seharusnya bersyukurketika episode ini ditampakkan, ia diberi waktu dan kesempatan oleh Tuhan agar kembali menyempurnakan penghambaan kepadaNya dengan mengikuti jalanNya. Bukankah, betapa banyak orang meninggal ketika ia sedang berzina tanpa sempat bertaubat ? Berapa banyak orang yang berzina dan merasa “aman-aman” saja karena tak pernah terekspos ?. Dan untuk urusan hukum di dunia, biarlah pakar-pakar hukum memutuskan, hukuman yang pantas bagi pelaku maupun pengedar video tersebut.

Disisi lain, saya juga ingin tersenyum geli. Saat ini banyakorang mencaci maki Cut Tari-Ariel dan Luna Maya namun sekaligus mencari dan menikmati video “hot” mereka. Hmm …ada apa denganmu???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun