Mohon tunggu...
Erna Nopitasari
Erna Nopitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswi profesi pada pendidikan sekolah dasar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kreasi Gerakan Literasi Sekolah di Masa Pandemi

24 Juni 2021   10:37 Diperbarui: 24 Juni 2021   11:25 2437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pandemi Covid 19 melanda dunia semenjak tahun 2020 lalu, termasuk di negara Indonesia. Pandemi sudah mengubah sistem kehidupan manusia pada segala aspek kehidupan, Hampir seluruh bidang kehidupan terdampak mulai dari bidang ekonomi, transportasi termasuk pada aspek pendidikan. Pada pendidikan terdapat kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh dengan menerapkan layanan pembelajaran Belajar Dari Rumah (BDR). Pembelajaran Jarak Jauh dilaksanakan secara online atau bias juga dilaksanakan dengan guru mengunjungi rumah peserta didik secara terjadwal (home visit).

Pedoman pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) selama pandemi berdasarkan pada Surat Edaran Sesjen nomor 15 tahun 2020, di mana tujuan dari pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat pandemi Covid 19, melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk Covid 19, mencegah penyebaran dan penularan Covid 19 di satuan pendidikan dan memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik dan orangtua atau wali murid.

Pembelajaran Jarak Jauh yang menerapkan pedoman Belajar Dari Rumah (BDR), mempengaruhi aktivitas sekolah. Sekolah akan terasa sepi, hanya terdapat guru dan tenaga pendidik yang berada di sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat. Perpustakaan di sekolah Sebelum pandemi Covid 19 peminatnya banyak namun seiring adanya pandemi Covid 19, perpustakaan sekolah tidak boleh ada yang berkunjung. Sehingga, lambat laun akan terlupakan keberadaan sarana perpustakaan di sekolah dan berkurang pula minat membaca peserta didik.

Gerakan literasi sekolah yang berhenti membuat kemampuan literasi peserta didik rendah. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan literasi siswa yang masih rendah dapat dilihat dari kegiatan peserta didik yang gemar bermain gadget daripada membaca buku, menulis dan bercerita. Peserta didik cenderung untuk bertanya sebelum membaca soal secara seksama. Padahal, materi yang ditanyakan sudah diberikan informasi secara lengkap dalam bahan pembelajaran sehingga minat peserta didik membaca perlu ditingkatkan dengan mengembangkan kreasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada masa pandemi.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) tidak hanya berupa kegiatan membaca saja namun kegiatan peserta didik saat bercerita melalui lisan maupun tulisan juga bisa dinamakan kegiatan literasi. Sehingga, kegiatan literasi dapat dilaksanakan dengan tanpa membaca buku non pembelajaran namun tidak menghilangkan esensi dari gerakan literasi sekolah.

Guru dalam gerakan literasi sekolah di masa pandemi tidak perlu mengharuskan peserta didik membaca buku non pembelajaran karena dikhawatirkan ada sebagian peserta didik yang tidak mempunyai buku non pembelajaran sehingga dapat menjadikan beban bagi peserta didik. Kreasi Gerakan literasi sekolah dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

  1. Guru memberikan motivasi peserta didik untuk gerakan literasi dengan guru menempelkan motivasi ajakan untuk membaca di setiap sudut perpustakaan dan membagikan motivasi ajakan tersebut di grup whatsapp kelasnya masing-masing. (Tahap pembiasaan)
  2. Guru saat membagikan materi dan soal pembelajaran disertai dengan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan literasi. Seperti pepatah “Sekali mendayung, dua tiga pulau dapat terlampaui” yang artinya sekali memberikan tugas dengan berbagai aspek kegiatan terpenuhi. Misalnya : Pada saat pembelajaran keanekaragaman Indonesia. Guru meringkas bacaan dari berbagai sumber untuk dibagikan terhadap peserta didik. Peserta didik diminta untuk membaca dan menuliskan kembali apa yang dibacanya. (Tahap pengembangan minat)
  3. Setelah peserta didik menuliskan kembali apa yang dibacanya, peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil tulisannya secara lisan. (Tahap pembelajaran)

Pada “Kreasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada Masa Pandemi” perkembangannya dapat dilihat dari keaktifan guru kelas dalam mencari sumber bacaan yang bervariasi dan menarik. Guru kelas juga wajib untuk berkomunikasi terhadap orangtua ataupun walimurid untuk selalu melakukan pendampingan terhadap peserta didik saat belajar. Apabila ada kekompakan antara guru dengan orangtua atau walimurid dalam mendidik peserta didik, maka gerakan literasi sekolah pada masa pandemi akan berjalan dengan lancer dan membuahkan hasil yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun