Sebenarnya kalau menuruti keinginan hati, rasanya kita tak ingin jatuh sakit baik yang ringan, menengah maupun berat selama hidup. Sakit konotasinya selalu lemah, butuh penanganan medis, butuh pengeluaran yang tak terduga dan efek samping yang ditimbulkan selalu saja membuat fisik justru bertambah lemas.
Namun, manusia memang harus mengalami sakit. Sekecil apa pun. Dan dengan sakit sesungguhnya akan membuat kita berpikir bahwa sehat adalah karunia hidup yang luar biasa indahnya. Sakit akan mendorong kita untuk segera cepat sembuh dan menjaga kondisi agar tidak terkena penyakit yang sama lagi. Bahkan dengan sakit sebenarnya kita diajar untuk selalu memperhatikan ritme tubuh, pikiran dan hati agar selalu seimbang.Â
Namun waktu terus berputar dan kian lama tingkat ketahanan tubuh seseorang akan menemukan titik terendahnya.Sakit akan selalu menjadi momok yang sangat  menakutkan manakala berhubungan dengan simbol-simbol seperti  rumah sakit, obat-obatan mahal dan penebusan resep. Dan si miskin akan selalu terbelenggu dengan kondisi memberatkan ini.Â
Situasi buruk dikaitkan dengan ketidakmampuan rakyat untuk mengobati dan menjaga kesehatannya yang terjadi selama bertahun-tahun akhirnya 'pecah telur' juga dengan kehadiran Jaminan Kesehatan yang diluncurkan beberapa tahun lalu. Memang, saat awal kemunculannya bisa jadi akan mengundang cibiran semacam, "Memang bisa?" "Seperti apa, wujudnya? “Dari mana Pemerintah membayarnya?"
Jaminan Kesehatan Penawar Rindu
Rindu kesehatan yang lebih baik dan rindu akan penanganan yang profesional  rupanya telah membuat BPJS Kesehatan menjadi ikon sehat yang menjadi idola dan buah bibir di mana-mana. Setiap orang dari berbagai latar belakang lapisan masyarakat akhirnya  berbondong-bondong untuk ikut Jaminan Kesehatan yang bernama BPJS Kesehatan. Tak terkecuali kedua orangtua saya. Orangtua  termasuk dalam peserta Tidak Terkategori Peserta Mandiri (PBPU) yang sebelumnya aktif bertanya ke sana kemari  demi mendapatkan kartu Jaminan Kesehatan. Â
Proses pembuatan kartu memang memakan waktu berbulan-bulan dan semuanya dilakoni dengan semangat karena  orangtua tahu akan pentingnya program  Jaminan Kesehatan ini di kemudian hari. Apalagi seiring dengan makin menurunnya ketahanan fisik mereka, maka di masa-masa tua seperti yang dijalani sekarang ini, jaminan kesehatan yang pasti rasanya sudah merupakan keharusan untuk dimiliki demi kesehatan yang lebih baik.
Sisi positif dari  program jaminan kesehatan ini adalah orang yang tadinya enggan dan tak peduli  lalu menyaksikan si tetangga atau teman yang berobat tanpa membayar  dan mendapatkan  obatnya dengan lengkap, akhirnya jadi ikut-ikutan untuk masuk program ini. Seakan kita berobat dengan cuma-cuma saja nampaknya.
Cuma-cuma itu ternyata berasal dari iuran yang tiap bulan kita bayarkan. Dan untuk beberapa hal memang ada bagian yang terasa 'berat' yakni masalah pembayarannya. Tapi toh, seiring dengan waktu, akhirnya masyarakat sadar bahwa untuk mendapatkan  sesuatu yang setara dengan jaminan Kesehatan, kita harus total, ya total dalam membayar iuran.Â
Aplikasi Mobile JKN Layanan  dalam Genggaman
Setelah menjadi anggota BPJS Kesehatan dan menerima kartu KIS, orangtua saya lantas ingin mengetahui secara maksimal namun karena faktor usia,  mereka terhalang oleh informasi menyangkut  hal-hal yang berkaitan dengan BPJS Kesehatan ini.Â