Mohon tunggu...
Erna
Erna Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca sebuah artikel yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga (Teori Mubadalah)

16 Mei 2023   08:53 Diperbarui: 16 Mei 2023   09:03 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

saya Erna salah satu mahasiswa UIN RIL ingin membagikan artikel mengenai kesetaraan gender didalam keluarga, semoga artikel yang saya buat dapat menambah wawasan kita semua

Seperti para feminis kebanyakan, setara dalam rumah tangga hanya dapat dicapai jika istri juga memiliki kesempatan untuk memberdayakan dirinya di ruang publik dan otonom secara finansial. Namun demikian, mindset tersebut berubah setelah seorang tersebut menjalani peran sebagai ibu rumah tangga 100 persen.

A. Pilahan seorang perempuan ketika menjadi ibuk rumah tangga 

Ibu rumah tangga 100 persen disini berarti bahwa seorang perempuan benar-benar hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak tanpa penghasilan dan tanpa afiliasi apa pun di ruang publik. Sering kali seseorang mempertanyakan, apakah dengan profesi seorang perempuan merasa saat ini, masih pantas beliau disebut feminis?

Pada awalnya, bagi perempuan menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga bagaikan mimpi buruk. seorang perempuan yang sebelumnya sehari-hari menghabiskan waktu di luar rumah dan sangat aktif di ruang-ruang publik, saat ini sering kali hanya menghabiskan waktu di dalam rumah sambil memomong anak, memasak, mencuci piring, atau melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Namun demikian, pengalaman menjadi ibu rumah tangga di fase ini justru membuka pikiran seorang perempuan tentang makna kesetaraan yang lebih luas, khususnya di lingkup rumah tangga.

B. Bagaimana kesetaraan dalam rumah tangga 

Kesetaraan dalam rumah tangga tidak bisa secara simplistis hanya dilihat dengan kaca mata finansial dan ruang publik. Pada banyak kasus, banyak istri yang bekerja dan memiliki jabatan yang tinggi justru gerak dan suaranya terbatas ketika menghadapi suaminya di rumah.

Oleh karena itu, kesetaraan dalam rumah tangga seharusnya juga dilihat menggunakan indikator kualitas hubungan antara suami dan istri, terlepas dari sang istri bekerja atau tidak. Kualitas hubungan ini antara lain bisa dilihat dari bagaimana suami dan istri membina hubungan dan komunikasi antara kedua belah pihak, misalnya terpenuhinya aspek keterbukaan, saling menghargai, saling menghormati dan saling memberi kesempatan satu sama lain.

- Sebagai contoh, meskipun hanya suami yang bekerja, penghasilan yang didapat dianggap sebagai uang bersama sehingga istri juga mengetahui berapa banyak uang yang dimiliki oleh suami serta memiliki akses terhadap uang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun