Mohon tunggu...
ermi nurcholimah
ermi nurcholimah Mohon Tunggu... -

keep smile ✌

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Momong (Mengajak Anak Mencintai Al - Qur'an)

11 Desember 2016   06:20 Diperbarui: 11 Desember 2016   07:08 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Mereka akan melakukan segala cara agar anaknya dapat menjadi anak yang baik dan berguna di masa depan. Hal yang paling dasar adalah mendidik dengan baik agar anak pun menjadi baik. Karena pendidikan yang baik akan mengawal anak sepanjang hidupnya dalam meniti kebenaran. Masa anak-anak merupakan masa yang sangat kondusif untuk pembiasaan perilaku keagamaan, seperti pembiasaan shalat lima waktu, pembiasaan membaca kitab suci Al-Qur'an, pembiasaan berbakti kepada kedua orang tua, dan lain-lain. Di antara pendidikan yang diberikan pada anak, pendidikan yang paling mulia adalah pendidikan Al-Qur'an, karena Al-Qur'an merupakan pedoman hidup bagi manusia. Mendidik Al-Qur'an merupakan hak dan kewajiban utama anak yang harus ditunaikan sesegera mungkin oleh orang tuanya. Dengan menanamkan kecintaan anak terhadap Al-Qur'an sejak dini, maka kecintaan itu akan bersemi pada masa dewasanya kelak, mengalahkan kecintaan anak terjadap hal yang lain, karena masa kanak-kanak itulah masa pembentukan watak yang utama. Ditekankannya memberikan pendidikan Al-Qur'an pada anak-anak berlandaskan pemikiran bahwa masa kanak-kanak adalah masa pembentukan watak yang ideal. Anak-anak pada masa ini mudah menerima apa saja gambar yang dilukiskan kepadanya. Sebelum menerima lukisan yang negatif, anak perlu didahului semaian pendidikan membaca Al-Qur'an sejak dini agar nilai-nilai kitab suci Al-Qur'an tertanam dan bersemi dalam jiwanya kelak. Idealnya anak menerima pendidikan Al-Qur'an pada usia 4-6 tahun. Pada usia dini tersebut, anak kelihatan suka meniru. Bila orang tua memperdengarkan bacaan Al-Qur'an atau melatih mengeja huruf-huruf hijaiyah pada anak secara berulang-ulang, bacaan itu akan mudah diserap atau direkam di otak si anak, sebagaimana anak begitu mudah menyerap kata-kata kotor yang diperdengarkan didepannya berulang-ulang oleh orang tuanya. Disamping dididik membaca, anak-anak juga penting dilatih menghafal ayat-ayat Al-Qur'an, baik sebagian maupun seluruhnya untuk pedoman ibadah seperti shalat, disamping untuk memperkuat ingatan mereka. Pada usia 5-12 tahun, menurut para psikolog ingatan anak mencapai intensitas paling besar. Daya hafal dan memorinya paling kuat. Benarlah ungkapan pepatah bahwa belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu karena hasilnya kuat, kokoh, mudah dan tahan lama. Sedangkan belajar di waktu dewasa laksana mengukir di atas air karena sulit dan itu pun cepat hilang. Dalam Al-Qur'an terdapat banyak kisah dan hikayat indah serta mengesankan dan perlu diceritakan pada anak, seperti kisah nabi-nabi dan rasul-rasul, kisah Luqman, Ashhabul Kahfi, kisah Fir'aun, dan sebagainya. Juga kisah perjalanan dan perjuangan Nabi Muhammad SAW dari mulai Isra' Mi'raj hingga peperangan-peperangannya melawan orang-orang kafir. Kisah-kisah tersebut akan lebih mengena, membekas dan memberikan pengaruh pada jiwa anak. Anak akan bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah itu. Meskipun mengajarkan Al-Qur'an pada anak itu memang sangat penting, namun harus tetap diingat bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Jadi sudah semestinya anak kecil diberi kesempatan untuk bermain. Melarangnya bermain dan menyibukkannya dengan belajar terus menerus akan mematikan hatinya, mengurangi kecerdasannya, dan membuatnya jemu terhadap hidup, sehingga ia akan sering mencari alasan untuk membebaskan diri dari keadaan sumpek tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, antara lain ialah dengan memberikan motivasi pada anak, anak tidak dikerasi namun disayang, tidak dicela namun didukung, apa pun yang terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun