Mohon tunggu...
Erma Ramayani
Erma Ramayani Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya.

👩🏻‍💻

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pengaruh Negara Lain terhadap Pecahnya Korea Utara dan Korea Selatan dalam Pandangan Realisme

13 Maret 2020   16:00 Diperbarui: 10 April 2020   20:13 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seusai tragedi Perang Dunia II ada beberapa negara yang terlibat dalam perang saudara karena adanya intervensi antar Amerika Serikat dan Uni Soviet. Korea adalah salah satu negara yang terlibat dalam perang saudara. Pada tahun 1950 perang tersebut terjadi dan di akhiri dengan adanya sebuah perjanjian pada tahun 1953. Dalam perang ini melibatkan kekuatan militer antar Korea bagian Utara dan Korea bagian Selatan. Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya perang yaitu sikap mempertahankan wilayah dan rasa tidak ingin kalah dari lawan.

Awalnya Korea Utara dan Korea Selatan merupakan sebuah wilayah yang disebut Semenanjung Korea dan waktu sebelum menjadi sebuah negara terdapat wilayah yang memiliki tiga kerajaan yaitu Baekje, Goguryeo dan Silla. 

Seiring berjalannya waktu ketika penyatuan kedua negara yang berbeda dalam menganut ideologi tersebut pada akhirnya menemukan titik terang walaupun harus melalui dengan jalan perang dalam mencapainya dan juga proses ini dipengaruhi oleh runtuhnya uni soviet. Pada saat keruntuhan uni soviet kekuatan negara adidaya hanya berpusat pada amerika dan hal ini mengakibatkan negara-negara yang pecah karena terkontaminasi dengan dua negara tersebut.

Hal ini berbeda bagi negara korea utara maupun korea selatan, walaupun uni soviet telah hancur tidak mempengaruhi tekad akan peperangan di kedua negara ini, dan masih bertekad bahwa semenanjung korea masih berlangsung karena negara korea utara dan korea selatan merasa yakin bahwa mereka paling berhak atas  semenanjung korea. Dan korea utara pada saat runtuhnya uni soviet tidak membuat mereka goyah, bahkan membuat mereka semakin agresif dalam mengajak perang bagi siapa yang menggangu wilayah kedaulatan negaranya termasuk Amerika Serikat.

Dan satu-satunya negara didunia ini yang masih menganut tataliterisme dan sangat tertutup terkecuali dengan negara China dan Kuba yang mampu bertahan ditengah gelombang arus Demokratisasi Amerika Serikat. Hal ini sangat bertolak belakang dengan Korea Selatan yang mereka lebih manja dimana ketergantungan pada Amerika Serikat sangat kental dan Korea Selatan sangat patuh akan negara Amerika Serikat.

Dalam konsep realisme bahwa dalam memahami hubungan internasional maka negara menjadi aktor utama yang lebih dominan. Pada konsep realisme klasik melihat semakin kuatnya militer sebuah negara maka kedaulatan nya juga semakin kuat dan hebat dan didalam kasus perang antar korea ini kekuatan militer kedua negara ini yang menjadi fokus pembahasan. 

Diawal tahun 1950-an pada invansi pertama korea utara ke korea selatan terlihat jelas keberanian korea utara bukan tanpa dasar melainkan adanya kuatnya dukungan moril militer persenjataan maupun anggota personil perang dari negara uni soviet pada saat itu sehingga membuat korea utara terlihat sangat garang di awal, tetapi semua berubah saat Amerika dan sekutu yang akhirnya keluar dari keraguannya dalam mengambil kebijakan untuk membantu korea selatan sehingga yang terjadi yaitu perang akhirnya menjadi jalan buntu karena mereka memiliki kekuatan yang sama kuat. 

Faktor yang membuat korea utara sampai pada saat ini masih sangat teguh dalam menjalankan konsep totaliterismenya yaitu karena kekuatan sektor ekonomi serta sosial politik dari korea utara sendiri. Hal ini membuat Amerika Serikat selaku negara penyokong korea selatan kesulitan untuk mempengaruhi internal korea utara dimana konsep ketergantungan ekonomi khas amerika sulit untuk diterapkan ke korea utara.

Kedua negara korea masing-masing mempunyai kekuatan militer yang hampir sama, tetapi terdapat perbedaan yang sangat mendasar yaitu terkait dengan ketergantungan, korea utara lebih berani dalam mengambil kebijakan negara sendiri tanpa berkonsultasi dengan negara lain, sedangkan korea selatan sampai saat ini segala kebijakan negara tersebut masih harus melewati verifikasi negara penyokong yaitu amerika serikat dan terlebih dalam hal militer, mungkin ini yang menjadi faktor kenapa korea selatan lebih berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataannya terkait konfliknya dengan korea utara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun