Adu domba itu bukan cuma strategi, ia juga struktur. Andai kita tidak sadar, kita bakal terus jadi pion dalam permainan yang tidak kita paham.
Jadi, kebebasan pers itu bukan hadiah, ia hasil perjuangan panjang. Kalau hari ini kita diam saat media dikirim kepala babi, besok mungkin kita tidak bisa baca berita sama sekali. Kalau kita anggap semua media itu busuk, kita sudah kalah sama teror. Yang kita butuhkan bukan media yang sempurna.
Untungnya, media yang mau terus belajar, transparan, dan berani. Terus, publik yang kritis, bukan sinis. Karena melawan adu domba cuma bisa dilakukan kalau kita tidak mau jadi dombanya.
Sudah Anda tahu apa yang paling ditakutkan oleh kuasa? Publik yang melek. Publik yang baca di sekitarnya. Muncul pertanyaan lagi: "Siapa sebenarnya yang ngaduk domba ini?"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI