Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Seni

Lukisan Yos Suprapto dalam Logika Fadli Zon

28 Desember 2024   12:55 Diperbarui: 28 Desember 2024   15:37 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis Ermansyah R. Hindi -Dokpri

Sesungguhnya muncul keterkekangan ketika orang yang mengontrol tubuh pelukis. Jadi, yang ngehek itu lukisan Yos Suprapto atau otak seksi pak menteri?

Pameran lukisan Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia bertajuk "Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan" dibredel. Padahal sebenarnya kritik atas elit negara lewat lukisan itu bukan barang baru. Sudah jadi modus klasik. 

Coba tengok ke belakang!

Yos Suprapto bukan pelukis kelas dadakan yang sedang menanjak. Dia seorang pelukis tenar tanpa laris jadi seleb, bukan bintang iklan dan seniman yang gampang banget dapat duit. Yos Suprapto tidak bergaya hidup glamor dan fleksang-fleksing. Terus, tiba-tiba bumi berubah malapetaka, kilat menyambar-nyambar dan angin ribut. Yos Suprapto sebagai seniman tidak cepat meredup karena lukisannya dilarang menghiasi Galeri Nasional.

Lukisannya bukan orderan merosot tajam, malah pelukis Yos Suprapto dapat tawaran pameran dari negara lain. 

Sebagai pelukis, Yos Suprapto tidak peduli saat dibungkam oleh industri seni dan ditolak secara sepihak yang memang seakan "bertangan besi" itu.

"Lukisan ini masih lebih sopan dari realitanya sangat parah, sisa realitanya aja masih akan diderita generasi puluhan atau ratusan tahun ke depan." Begitu komentar netizen di akun X dari seseorang yang menyebut Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY yang senasib Jokowi (saya salah satu yang menebak lukisan tak berhadiah) yang pernah dikritik lewat karya seni. Memang benar cuitan akun itu kalau kritik lewat lukisan membuat beragam ekspresi seseorang. Yang geram, yang ketawa sampai ada acuh tak acuh ekspresinya saat melihat pameran lukisan.

Sudah tentu komentar terkait lukisan Yos Suprapto berbeda kondisinya antara zaman kakek kita dulu dan dan zaman anak muda sekarang dalam linangan air mata silih berganti dengan ketawa ngakak. Lukisan yang dipamerkan oleh Yos Suprapto juga tergantung dari sisi mana kita melihatnya. 

Bagi yang punya jiwa seni yang tinggi wajar mereka mengapresiasi.

Tetapi, bagi pihak yang merasa terganggu atau mengancam reputasi dan posisinya dengan lukisan Yos Suprapto karen dianggap menikam tajam ke jantung kuasa yang ada dalam genggamannya jelas akan berbeda sikapnya. Lukisan Yos Suprapto hanya bisa diekpresi oleh jiwa seni, bukan sok berkuasa belaka.

Saya lihat, bergantung dari posisi mana dia menilai lukisan Yos Suprapto. Apakah seorang pejabat menganggap dirinya tidak nyaman, wah, lukisan itu tidak enak karena menyerang oknum pejabat atau mantan pejabat negara. Apakah juga lukisan dianggap murahan nilai seninya lantaran tampilannya begitu norak, vulgar atau merangsang hasrat berahi. Karena lukisan punya logika tersendiri, maka ia tidak bisa dikungkung dalam kebebasan berekspresi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun