Tetapi, manusia telah melengkapi dan melampauinya dengan kekuatan pengetahuan, cinta dan nafsu. Asyik, agak romantis juga nih!
Setelah Descartes, animal rationale (binatang berpikir rasional) yang ‘baru’ membantu anak-anak melalui ponsel yang kita genggam atau berselancar di jagat medsos, dimana otak jika hanya ditelaah secara fisik (fisiologi, anatomi) tidak berhubungan dengan tanda atau kode kultural.
Misalnya, bau, cecapan, panas, bukan hanya kualitas obyek eksternal melainkan juga obyek yang dapat dikodekan. Istilahnya zaman sudah berubah, bro!
Berkaitan dengan hal tersebut, Descartes mengatakan:
“Perubahan apa harus terjadi di otak untuk menghasilkan bangun, tidur, dan mimpi, bagaimana cahaya, suara, bau, rasa, panas, seluruh sifat lainnya dari benda-benda eksternal terkesan dengan ide yang berbeda dengan cara indera, bagaimana kelaparan, thrist, dan kasih sayang internal lainnya juga dapat terkesan atasnya penyelam ide; … Pada prinsip yang sama, ketika darah begitu kental yang mengalir namun hemat ke ventrikel jantung, dan tidak ada cukup melebar dari sebelumnya, yang, dikomunikasikan ke otak, untuk kemudian memberikan pengetahuan sensasi kesedihan, meskipun pengetahuan itu sendiri mungkin tidak tahu tentang penyebab kesedihannya ... IX. Bahwa jiwa merasakan hanya sejauh seperti berada di dalam otak” (Discourse on Method, hlm. 43, 216 dan 218).
Dalam filsafat, Descartes dan Spinoza cukup merepresentasikan pengetahuan modern tentang otak yang dimaterialisasi melalui tubuh.
Tubuh dianologikan selanjutnya disubstitusikan dengan mesin. Kini, pengetahuan tentang otak berkembang pesat: ‘kode skala numerik’ melalui alat canggih mengungkapkan dalam diskursus ilmiah bahwa sel-sel otak mencapai titik ketipisan hingga 1/1.000 tipisnya rambut manusia.
Berikutnya, ‘sistem sinyal’, misalnya, setiap otak manusia dewasa terdapat 100 milyar neuron, dimana satu sel neuron terhubung dengan neuron-neuron lain melalui konektor yang disebut Dendrite dan Axon.
Sel neuron akan menerima informasi dari sel neuron lain melalui dendrite ini, dan untuk meneruskan informasi yang diterimanya ke sel neuron berikutnya lagi melalui axon terminal. Tetapi, semua sinyal bekerja tidak memberikan makna apa-apa, kecuali akibat yang ditimbulkan dalam sistem sinyal.
Contoh kasus, jika tangan sohib terluka, pengetahuan tentang rasa akan mengarah ke dalam otak, dimana pergerakan sebelum tangan memberi kesan hanya sebagai sensasi otak bahwa ada yang sakit di bagian jari.
Menurut ahli, belahan “otak kiri” memiliki kemampuan bahasa: menulis dan berbicara (tanda linguistik, tanda verbal), logis-matematis (tanda representatif, tanda analog), linier, garis (tanda representatif, tanda grafis, tanda non verbal), intelektual, sistematik dan analitis (tanda representatif, tanda reflektif, tanda analog).
Sedangkan, ahli membagi teori “otak kanan” yang memiliki kemampuan imajinasi (tanda representatif, tanda estetis, tanda non reflektif), warna (tanda visual), irama (tanda linguistik, tanda ekspresif, tanda musikal, tanda grafis), intuisi (tanda arbitrer, tanda estetis), bentuk (tanda gestural, tanda arsitektual), holistik (tanda representatif), spiritual (tanda representatif, tanda arbitrer, tanda estetis), emosi: cinta, hasrat, kesenangan, dan fantasi (tanda representatif, tanda etis, tanda estetis) dan bermimpi (tanda non verbal).