Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemiskinan Ekstrem: dari Dokumen ke Monumen (5)

19 Desember 2023   21:33 Diperbarui: 17 Januari 2024   19:45 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepintas mirip acara Cerdas Cermat di layar tivi. Ada pertanyaan yang dijawab responden. Setiap jawaban responden atas pertanyaan terbagi dua. Di sana mencuat suara datar dan polos. Kesempatan lainnya muncul suara lirih dan sumbang dari orang-orang pinggiran. 

Khusus pembagian suara-suara lirih dan sumbang dari rumah tangga miskin ekstrem berubah menjadi poin-poin permasalahan. Suara-suara lirih dan "sumbang" dari mereka melalui wawancara, yang tertulis di atas kertas kuisioner. Permasalahan diidentifikasi secara terbuka tanpa sekat-sekat kepentingan sesaat dengan semua pihak.

Bagi yang suka metodologi penelitian, kata-kata kompilasi dan tabulasi data begitu akrab dengan mereka. Tetapi, kali ini, tidak jauh dari hasil monitoring di lapangan juga menimbulkan pembagian jawaban responden seiring pertanyaan.

Langkah identifikasi dan klasifikasi atau data terpilah berdasarkan jawaban kepala keluarga alias rumah tangga miskin ekstrem tidak terelakkan. Kita menentukan permasalahan tertentu sesuai apa jawaban responden di lapangan.

Lalu, kita mengurutkan permasalahan ditambah kendala yang dihadapi oleh rumah tangga miskin ekstrem. Karena ini laporan, maka yang dikedepankan apa sebetulnya jawaban responden di atas kuisioner itulah muncul permasalahan yang dinilai, dianalisis, dan digambarkan. 

Sehingga ada permasalahan terbagi berdasarkan identifikasi jawaban kepala keluarga miskin ekstrem. Cuma itu cara lebih jitu dan sederhana untuk meyakinkan Bab V Rekomendasi dan Tindak Lanjut muncul lantaran ada permasalahan yang mendahuluinya. Rekomendasi dan tindak lanjut seakan menjawab permasalahan kemiskinan ekstrem. Dokumen serupa resep dan terapi melalui pengukuran dan penilaian kinerja.

Alih-alih hasil monitoring dan evaluasi P3KE disusun menjadi laporan bukan mengugurkan kewajiban belaka. Ia menjadi dokumen laporan yang mendasari pengukuran kinerja program dan kegiatan. Searah dengan hal tersebut, kita menyentuh setiap program dan kegiatan harus diukur kinerjanya. 

Kegiatan monitoring dan evaluasi tidak bisa dipisahkan dengan pengukuran kinerja. Katakanlah, tetek bengek kesesuaian, kendala, dan permasalahan kemiskinan ekstrem nanti diketahui melalui kegiatan monitoring dan evaluasi di lapangan, yang bisa diamati secara kasat mata.

Selain itu, monitoring dan evaluasi juga untuk melihat kesesuaian sasaran kinerja, capaian kinerja, realisasi target kinerja program dan kegiatan dengan fakta di lapangan. Kegiatan monitoring dan evaluasi sebagai cara untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi, hambatan, dan langkah tindak lanjut percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem. Sekarang, tanda indikatif untuk keluaran, seperti dokumen laporan, orang, unit, rupiah, kilo gram, dan seterusnya.

Satu sisi, struktur bahasa tolok ukur kinerja keluaran (output), yaitu jumlah laporan hasil monitoring dan evaluasi yang disusun. Target 1 (satu) Laporan. Sebuah laporan hasil monitoring dan evaluasi P3KE memiliki basis material, yaitu kertas. Laporan tersebut ada hitam di atas putih, di atas kertas. Bunyi tulisan tolok ukur hasil (outcome), yaitu terlaksananya monitoring dan evaluasi. Target 98 persen, misalnya. Di sisi lain, ruang ekspresi laporan hasil monitoring dan evaluasi lewat kertas, titik dimana teks tertulis muncul dalam bentuk dokumen laporan.

Agar kertas tidak sekadar basis material, maka dalam laporan maupun dokumen perencanaan perlu tindakan. Rencana program dan kegiatan mesti keluar dari kungkungan kertas, yang di atasnya bertengger teks tertulis menjadi tindakan. Dari kertas ke tindakan melalui program dan kegiatan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun