Titik sesungguhnya bagi pengetahuan psikiatrik dilaksanakan bukan secara awal atau secara esensial memungkinkan persepsi yang ditanamkan, dijelaskan, dan diselipkan melalui pelibatan hasrat. Persepsi secara langsung memasuki hasrat. Kata lain, dokter mengingat posisinya dengan persepsi dokter dimungkinkan berkewajiban untuk menanggapi pengaruh dan konsekuensi obat terlarang. Ia bukan dari kausalitas khusus menurut persepsi. Dalam persfektif kesenangan pada obat terlarang memberikan jalan bagi mekanisme penyaluran hasrat dan kesenangan.
Hasrat dan kesenangan bertaruh dengan persepsi menjadi kegiatan medis utama sejak abad dua puluh. Psikiater sama pentingnya hingga dia diperlukan atau dipanggil karena keterkaitan antara kausalitas khusus dan konsekuensi obat terlarang. Pihak medis dan psikiatris menyatakan gejala status dan spesifikasi gejala-gejala terakhir kecanduang obat terlarang. Ketersediaan dari kausalitas khusus menjadi konsekuensi dan daya tarik khusus dari obat terlarang.
Sosok psikiater diperlukan melalui diagnosis atau persepsi pada tahap awal. Pada tingkat yang lebih rendah, di mana harus diputuskan apakah ada penyakit jiwa atau tidak.
Dari pihak medis mungkin menangani pertanyaan sebagai permasalahan. Apakah penyakit hepatitis merupakan konsekuensi kecanduan obat terlarang? Psikiater melihat pertanyaan sebagai permasalahan yang tidak gampang dianalisis. Apakah sakit jiwa adalah konsekuensi kecanduan obat terlarang dari pecandu atau tidak? Apa boleh buat, penyelidikan medis dan psikitri menjadi bagian dari permasalahan disiplin ilmiah.
Sudut pandang yang lain juga terdapat sejumlah konsekuensi dari penyelidikan bahan kimia. Pertama, bahwa untuk menyelesaikan masalah tentang ‘sistem persepsi-hasrat otomatis dari obat terlarang’ diperhadapkan dengan rumah sakit jiwa betul-betul menemukan krisis kesehatan baru. Hal ini, kausalitas medis tidak lagi menunjukkan sebagai krisis kebenaran. Yang lama dimainkan antara konsekuensi obat terlarang dan konsekuensi dari kekuatan alam yang khas mulai kembali bekerja pada abad keduapuluh satu ditandai dengan pandemi corona atau krisis kesehatan global di bumi.
Tetapi, pertanyaan sebagai permasalahan tentang tragedi. Pertanyaan tanpa dimainkan antara kesehatan dan kekuatan persepsi-hasrat otomatis yang membatasi kebebasan.
Suatu kebebasan berubah menjadi ilusi. Sebaliknya, dokter medis dan psikiatri tidak harus menceburkan dirinya dalam permasalahan tentang tragedi, kecuali pengetahuan tentang obat terlarang.
Kedua, seperti yang orang-orang lihat, perbedaan antara konsepsi ilmiah dan persepsi-hasrat otomatis dalam kaitannya dengan bahan kimia yang disediakan oleh rumah sakit umum. Fungsi persepsi-hasrat otomatis dipinjamkan pada rumah saki. Tetapi, ia bukanlah untuk menjadi tempat “penyakit” menunjukkan karakteristik khusus dibandingkan dengan konsekuesni obat terlarang. Betapa konsekuensi obat terlarang berfungsi untuk menormalisasi pencandu melalui rumah sakit atau ruang rehabilitasi. Fungsinya, yaitu untuk menunjukkan gangguan “mesin ketidaksadaran” (hasrat, kesenangan, fantasi). Rumah sakit dan ruang rehabilitasi pecandu obat terlarang sebagai penanda untuk memperjelas gangguan menjadi nyata.
Sementara, rumah sakit dan penjara sebagai ruang bagi mekanisme disiplin menggembar-gemborkan berbagai pertanyaan sebagai permasalahan obat terlarang. Rumah sakit dan penjara misalnya, diantaranya berusaha untuk mengikuti keputusan psikiatris mengenai gejala sensasi kecanduan tidak terkontrol atas obat terlarang. Relasi antara hukum dan bisnis tanpa rumah sakit menguak jejak dan tanda kesenangan terhadap Narkoba, seperti melibatkan oknum aparat hukum (kasus Narkoba Irjen Teddy Minahasa). Dia akhirnya dipecat dan divonis bui seumur hidup.
Ada suatu persepsi secara medis atas obat terlarang dan sejenisnya melibatkan konsekuensi, dan kausalitas khusus. Diskursus tentang obat membuat tanda kuasa dokter terasa bertentangan dengan pengguna obat terlarang.
Tetapi, itu juga merupakan masalah mengeluarkan kesenangan dari kegilaan, yaitu, menyalurkan kenikmatan melalui ketidaksenangan pada obatnya. Disini lagi, individu mesti berpikir untuk memerhatikan pengetahuan psikiatri yang digunakan oleh psikiater tanpa terperangkap dalam teori tertentu.