Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertukaran, Metamorfosis, dan Buruh

1 Mei 2023   09:05 Diperbarui: 30 Maret 2024   23:16 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1 Mei, Hari Buruh Internasional (Sumber gambar: kompas.com)

Dalam pemikiran Modern, kita akan mempelajari kembali konsep tentang uang. Kita menemukan, sekali lagi mencium aroma metafora lama tentang uang logam. Selanjutnya, uang kertas laksana "uang merupakan darah" (blood-money) mengalir dalam "tubuh" yang bernama "masyarakat." Kedudukan buruh diletakkan pada garis kedua bahkan bagian paling bawah dari sebuah piramida masyarakat modern. 

Pertukaran dan metamorfosis dalam masyarakat maju dapat menandakan uang. "Tubuh modal-uang" (tubuh dalam pemngertian luas) yang tertanam tidak bisa dipisahkan dengan "tubuh sosial." Aliran produksi dan sirkulasi modal-uang bergerak kemana-mana, seperti "darah" dengan segala pertumbuhan dan pengurangannya. Di bawah rezim diskursus kapitalisme global, dimana modal menjadi "tubuh tanpa organ" dari kaum kapitalis (Gilles Deleuze dan Felix Guattari, 1983 : 10). 

Sebagian pandangan dari ahli mengatakan, bahwa mata uang tidak memiliki peran yang lain lagi selain menghidupi bagian-bagian yang beragam dari negara (mesin uang terjalin antara mesin produksi ekonomi-tenaga kerja dan mesin negara). Relasi antara produksi mesin uang, mesin ekonomi dan mesin negara bertugas bagaimana proses distribusi atau sirkulasi uang dapat mengalir hingga ke tubuh buruh.

Kenyataannya, buruh justeru dikuras, dikendalikan, dan diprogram oleh mesin kuasa negara bersama mesin kapitalis (hal ini sudah "dibedah" oleh Herbert Marcuse sebagai salah dedengkot Mazhab Frankfurt) yang berlindung di balik rasionalitas pasar dengan cara merahi laba setinggi-tinggi berdasarkan ukuran modal-uang disertai dengan biaya serendah-rendahnya. 

Kita masih menyaksikan pertukaran yang tidak seimbang, yaitu nilai surplus dibentuk oleh tenaga kerja, tetapi pencapaian laba mengalir ke perusahaan. Darah bernama uang tersebut boleh jadi akan mengalami proses penyumbatan hingga ke "leher" kaum buruh. Kecuali mungkin pengusaha menjadi bagian dari masyarakat secara utuh sebagaimana kata-kata saling mendukung dengan kata-kata lainnya dan sumbu-sumbu saling menjalin dengan sumbu-sumbu baru, yaitu jaringan politik dan bisnis.

Pertukaran yang terbuka dan heterogen ditopang dengan proses produksi barang maupun jasa dan sirkulasi uang secara kreatif dan cair akan kembali "mengalir" dalam masyarakat. Upah buruh sebagaimana telah diutarakan sebelumnya sebagai nilai tanda dari darah-uang.

Secara khusus, buruh masih terus bergumul dalam sektor industri dan sektor modern lainnya berbeda dengan permasalahan yang dihadapi oleh buruh di sektor pertanian dengan nilai tukar dalam bentuk uang dan barang hasil produksi yang selalu menurun, jika dibandingkan dengan nilai sektor lainnya. 

Suatu hal menarik, saat buruh yang memproduksi barang, mereka pula akan membelinya dengan satu syarat produksi barang mengalami peningkatan. 

Tidak berarti buruh dianggap makhluk membeku secara esensial tatkala

1 Mei, Hari Buruh Internasional (Sumber gambar: kompas.com)
1 Mei, Hari Buruh Internasional (Sumber gambar: kompas.com)
kekuatan uang mampu mencairkan sesuatu yang membeku. Memang, uang dengan esensinya sendiri dan manusia-buruh dengan esensinya sendiri. 

Sudah bukan rahasia, negara-negara berkembang dengan permasalahan pertumbuhan semakin lambat.

Ditambah lagi, rendahnya kualitas produk dan lambatnya pengiriman produk ke konsumen telah menjadi penyebab sektor pertanian menjadi sektor yang akan dimulai ditinggalkan banyak orang akibat dari rendahnya nilai tukar sekaligus nilai tambah. Dalam gambaran lebih sederhana, kaum buruh dalam kehidupan di sektor pertanian terjadi proses produksi dan pertukaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun