Penulis atau penafsir tidak memerlukan lagi kotak suara publik. Dia menciptakannya sendiri dari pemikiran dan penafsiran baru ke pemikiran dan penafsiran baru lainnya.
Sebagaimana kesenangan untuk merenungkan tulisan dari seseorang, suatu tubuh tidak lagi digunakan untuk saluran pemuasan, dari pengakuan ke kesaksian di dalam relasi antara produksi dan teks.
Tubuh fisik bukan digunakan untuk menawarkan dan mengendalikan, tetapi sebaliknya digunakan oleh hasrat dan kesenangan, tatkala ada sesuatu yang tidak terpikirkan.
Tubuh dapat muncul, saat teks ditemukan didalamya.
Tetapi, tubuh fisik bukanlah kumpulan teks. Semakin teks dicari di belantara musik atau lukisan, semakin meningkat arus produksi hasrat yang tidak terbendungkan. Segalanya terjadi bukan lantaran penggunaan persepsi atau representasi ingatan.
Kita akan kehilangan jejak karena tubuh tidak ditemukan lagi teks yang ada didalamnya. Sejauh orang-orang yang memiliki kesenangan untuk membebaskan dunia dari kecanduan teks tampak cukup dekat dengan hasrat sebagai kuasa yang memprogram dan mengendalikan permainan.
Dalam permulaan kata terakhir di tengah malam dan “dari seluruh kalimat yang muncul, dari terbit sampai tenggelamnya matahari.” Saya meletakkan tulisan setelah hasrat untuk pengetahuan dan kesenangan menulis bilangan ganjil, dari terminal ke terminal lain.
Titik bacaan terhadap tanda yang terang muncul di tengah kata-kata sunyi sekaligus bergelora. Ia bergerak di dalam diri saya dari teks bacaan yang tidak akan selesai untuk ditulis secara tuntas.
Segalanya adalah kesenangan abstrak yang mesti dicari jalannya kembali untuk menemukan sesuatu yang tidak diketahui dari mana memulai menuangkan kata-kata yang tertulis, tatkala perjuangan masih berada di dalam teka-teki mimpi. Tanda mimpi membuat penasaran untuk ditulis titik celah yang belum pernah dibaca.
Pembacaan berulang-ulang memiliki teka-teki penggodaan yang memproduksi kesenangan untuk berbagi dan hasrat untuk mengetahui sejengkal makna demi makna yang bertaburan dalam Al-Qur’an setelah wahyu turun, yang tertuliskan.
Satu contoh. “Saya menyenangi bahan bacaan yang belum pernah dibaca." Bentuk kesenangan atau hasrat ini melintasi citra modal atau bahkan glosari dan katalog buku sebagai penjelajahan.