“Saya sudah sampaikan itu. Saya sudah lelah, dari pagi (diperiksa) tolong kasihan saya. Saya sudah lelah, saya sudah lelah.”
Ungkapan tanpa samar-samar tersebut dari Rafael Alun Trisambodo (RAT) sebagai mantan pejabat Kementerian Keuangan mengundang tanda tanya besar. Suatu ungkapan RAT menembus tembok gedung Merah Putih KPK.
Ungkapannya seakan-akan menjadi “jurus pamungkas” untuk berkelit dari sorotan warganet atas kepemilikan harta kekayaan yang dianggap tidak wajar.
Mengapa RAT tidak bertanya pada dirinya sendiri? Selama ini, Anda dari mana saja?
Jika Anda lelah, mengapa Anda tidak lelah menumpuk harta kekayaan?
Mengumbar nafsu memang untuk menumpuk cuan tidak mengenal lelah. Keruk, keruk, dan keruk.
Dari satu mutasi rekening ke mutasi rekening lain. Aliran uang yang ditransaksikan secara bebas luput dari pengawasan seiring mengambang bebasnya aliran hasrat.
Siap! Kita abaikan perkara menimbun atau pamer harta kekayaan. Lebih penting kembali ke hak pribadi masing-masing.
Semisal, sosok nomor satu Kementerian Keuangan, ibu Sri Mulyani saja geleng-geleng. Mengapa ada awakku kasih “bocor lambung kapalku?” Ugal-ugalan awak yang tidak pantas alias tidak layak sebagai pejabat, justeru ngefek besar. Wow, glamorku!
Berapa banyak warga menuntut stop bayar pajak. Tuntutan itu perlahan-lahan bergerak dari medsos menuju ruang publik yang luas.
Kita berharap pada warga untuk lebih memahami duduk perkaranya. Ini bukan petuah yang terdengar sudah usang.