Sudah beberapa hari terakhir ini, berita tentang kecelakaan Pesawat Sukhoi Superjet 100 mendominasi ruang berita di berbagai media masa. Semua perhatian tertuju pada kegagalan terbang pesawat canggih buatan Rusia yang selalu sukses memproduksi pesawat tempur. Daftar kecelakaan pesawat bertambah lagi. Sangat menyedihkan memang karena kecelakaan pesawat di Indonesia seperti tak berkesudahan.
Tim SAR diturunkan ke lokasi kecelakaan untuk mengevakuasi korban. Medan yang sulit dan kondisi cuaca yang kurang bersahabat membuat proses pencarian dan evakuasi terhambat. Belum lagi berbagai kendala lain seperti kurangnya peralatan (yang canggih) menjadikan lereng Gunung Salak bak duri pohon salak yang sulit ditembus. Kenyataan ini cukup dijadikan alasan lambatnya proses pencarian dan evakuasi korban.Bagaimanapun juga, manusia yang merelakan diri bergabung dalam tim ini tetaplah manusia yang punya keterbatasan. Mereka tidak bisa menyelinap dengan mudah seperti ular, atau menerobos semak dan pohon seperti badak atau gajah. Mereka juga tidak boleh mencelakan dirinya.
Sampai di sini, tanpa bermasuk mengurangi kerja keras Tim SAR, seharusnya manusia Indonesia dengan kemampuan berpikir yang dimilikinya bisa belajar dari pengalaman dan lingkungannya sendiri. Bentangan landscape pegunungan yang variatif dan kondisi cuaca yang selalu berubah-ubah bukan saja indah tetapi juga menyimpan banyak krisis. Berbagai kemungkinan yang tidak bisa diprediksi bisa saja terjadi. Harusnya sudah ada sebuah mekanisme penaklukan alam jika pada suatu saat keindahan alamiah ini berubah menjadi tantangan mengerikan.
Dalam kondisi seperti sekarang ini, mesin dan berbagai peralatan teknologi canggih ternyata tidak cukup mempercepat proses pencarian dan evakuasi korban. Mengapa kita tidak meminta bantuan saudara-saudara kita ciptaan Tuhan yang lain? Para binatang lebih dekat dengan alam dan lebih tahu bagaimana cara untuk bertahan di tengah alam. Jika selama ini anjing lebih populer dalam proses ini, mengapa monyet tidak bisa dipergunakan?
Pada suatu tempat di Sumatera monyet bahkan diajari untuk memanen buah kelapa. Ternyata monyet dapat melakukan pekerjaan ini dengan baik. Bagaimana jika monyet juga dilatih untuk menangani masalah pencarian dan evakuasi korban di medan-medan yang sulit seperti ini? Kedua tangannya sama leluasanya dengan tangan manusia untuk mengoperasikan berbagai peralatan yang diperlukan. Dengan tangga tali seorang pendaki gunung dan beberapa perlengkapan pengaman sederhana, rasanya monyet lebih aman dari setangkai dahan yang dititinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H