Siapa yang harus memulai? Saya yang selalu curiga pada cinta atau kau yang kadang diam di hadapan cinta? Atau begini saja. Kita simpan curiga di awal senja, juga diam di akhir malam. Sebab, siapakah kita sampai-sampai mesti curiga dan diam di hadapan cinta?Â
Di hadapan cinta, kita tak ada apa-apanya. Di hadapan kita, cinta segalanya. Segalanya!
'Cinta itu apa?' Bertanyalah sepoi kepada kita. Ada hening panjang sekali, selepas tanya itu terujar. Lebih panjang dari pandangan. Lebih panjang dari ingatan. Cinta itu apa? Kita mengulang-ulang tanya yang sama, bersama detak waktu. Hidup, salah satunya, adalah pengulangan. Kita mengulang-ulang hal yang sama atau hampir sama, setiap hari. Juga mengulang-ulang pertanyaan. Pertanyaan tentang cinta, misalnya. Apakah cinta itu serupa detak waktu? Hening. Hening lagi. Hening yang panjang. Dalam hening, selalu ada sikap. Saya lalu curiga. Dan kau beda. Diam. Sepoi yang menanti pun pergilah. Pergi ke entah.
Kita sepakat. Ada baiknya bila jawaban atas 'apa itu cinta?'Â itu dicari. Bukannya di-hening-kan. Kita lalu berhenti dalam sajak ini. Barangkali, ia di sini.
Senja Ini
: kita
senja ini, kau kembali kucari. barangkali dalam sajak-sajak tua
dari berjuta-juta silam yang lampau, ada kau
yang setia memintal kenangan.
senja ini, kau kembali kucari. barangkali dalam nada-nada lagu lama
dari tak terhingga bahasa, ada kau