Mohon tunggu...
Erlinel Manuel
Erlinel Manuel Mohon Tunggu... -

A sanguine-phlegmatic. A bibliophile. A lachanophobia. Light & salt of the World. Travel keeps me alive!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kokotek, Permainan Khas Anak Minahasa

23 Juli 2013   20:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:09 2181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bercerita tentang permainan tradisional, saya jadi ingat permainan masa kecil saya. Saya lahir di kota Manado, dikelilingi teman-teman sepermainan yang sebagian besar bersuku Minahasa. Teman-teman saya banyak mengajari permainan 'aneh' nan menarik yang dikenalnya ketika mudik ke daerah masing-masing (Kabupaten Minahasa). Ada suatu permainan bernama "Kokotek" yang sangat mudah untuk dimainkan, namun saking meriahnya kami bermain, tetangga yang rumahnya terletak paling ujung komplek pun bisa mendengar keriuhan suara kami dan hanya bisa geleng-geleng kepala, tak tega untuk menyuruh kami memelankan suara. Kokotek idealnya dimainkan oleh banyak orang, minimal lima pemain. Pemain dibagi ke dalam dua kelompok yang berbeda, "Kokok" dan "Kotek" (diambil dari suara ayam jantan dan ayam betina). Kemudian tanah/lantai digambari lima garis vertikal yang disusun seperti batang korek api; empat garis pendek mengapit satu garis panjang di tengah. Saat memulai permainan, pemain berteriak: "Maso-maso tali!" (Bahasa Manado: "Masuk-masuk tali!".red). Cara mainnya, grup "Kotek" harus melewati kelima garis dari titik start kemudian kembali lagi setelah menginjak titik finish di seberang garis kelima. Di setiap garis ada 'ayam jantan'-nya yang berjaga untuk menangkap 'ayam betina' yang hendak lewat. Semua pemain harus melewati garis satu per satu, kecuali di garis tengah boleh dilewati dua-tiga orang. Barangsiapa yang pertama kali kembali ke titik start adalah pemenang permainan. Hadiahnya? Tergantung perjanjian awal! Perjanjian yang waktu itu saya buat adalah pemenangnya bisa meminta permintaan apa saja kepada teman-temannya. Hmm, siapa yang tidak mau semangkuk es cendol gratis setelah capek bermain di bawah matahari terik? Hal yang paling saya rindukan, tentu saja selain hadiah kemenangannya, adalah ributnya suara grup "Kokok" yang menirukan suara ayam jantan ketika menghalau grup lawan, dan berisiknya suara grup "Kotek" yang menirukan suara ayam betina ketika memberi semangat kepada kawannya yang masih tertinggal di garis belakang.

Permainan ini sangat mencerminkan budaya orang Minahasa yang gemar mapalus (Bahasa Minahasa: "bergotong-royong".red) membantu sesamanya dan senang bekerja dalam satu tim. Kebiasaan orang Minahasa untuk berkumpul dengan sesama pun nampak dari permainan ini dimana setiap grup memiliki 'bahasa'-nya masing-masing, yakni "Kokok" atau "Kotek", untuk berkomunikasi dengan temannya. Karena kesamaan bahasa inilah, orang Minahasa menjadi satu padu dan tidak gentar menghadapi pengaruh budaya luar yang mencoba merusak budaya lokal Minahasa. Melalui Indonesia Travel, saya ingin lebih giat mempromosikan keindahan daerah Sulawesi Utara khususnya khas Minahasa dengan memperkenalkan pariwisata daerah Sulut dan, tidak lupa juga, memperkenalkan berbagai permainan tradisional daerah Sulawesi Utara yang menarik dan kaya akan budaya lokal!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun