Pembelajaran 2.3 adalah tentang coaching untuk supervisi akademik melalui kegiatan - kegiatan pelatihan Calon Guru Penggerak melalui LMS yang sudah saya dijalani. Refleksi diri, akan dituangkan dalam bentuk jurnal refleksi dwi mingguan menggunakan model refleksi 5R yang dikembangkan oleh (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013). Model refleksi 5R ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reporting (menceritakan ulang peristiwa yang telah terjadi)
- Seperti biasa pembelajaran pada LMS menggunakan alur MERDEKA yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan Aksi Nyata).
- Pada hari Kamis, 9 Maret 2023 kami CGP Angkatan 7 sudah mulai menapaki Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik.Kegiatan pertama yaitu Mulai dari Diri Modul 2.3 di mana pada sesi ini CGP diajak untuk menjawab petanyaan reflektif terkait supevisi akademik dan pengembangan kompetensi diri kegitn supervisi akademik yang pernah dilaksanakan pada saat CGP disupervisi oleh kepala sekolah dengan cara menuliskan di New Blog Post pada Mulai dari diri di LMS.
- Pada Jumat, 10 Maret 2023 pada sesi ini CGP menjawab pertanyaan pada beberapa pertanyaan pada LMS secara mandiri. Adapun materinya yaitu: konsep coaching secara umum dan konteks coaching dalam konteks pendidikan, paradigm berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur perakapan coaching, dan supervise akademik dengan paragigma berpikir coaching.
- Pada hari Minggu, 12 Maret 2023 saya mengikuti Lokakarya 3 yang bertempat di SMK Negeri Jateng di Purbalingga pukul 08.00 -- 16.00. Pada kegiatan lokakarya ini, kami mempraktikkan tentang pembelajaran berdiferensiasi dengan bermain peran sebagai guru, murid dan observer. Dilanjutkan dengan mempraktikkan teknik STOP untuk materi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dan Kompetensi Sosial Emosional (KSE).
- Pada hari Senin, 13 Maret 2023 Ruang Kolaborasi sesi 1 pukul kami para CGP difasilitasi oleh Bapak Pujiadi selaku fasilitator untuk berlatih coaching secara berpasangan dan bergantian menggunakan alur percakapan TIRTA sebagai coach dan coachee dilanjutkan dengan melaksanakan refleksi diri setalah melaksanakan praktik coaching dengan rekan CGP.
- Pada hari Kamis, 16 Maret 2023 CGP melaksanakan praktik coaching secara berpasangan dengan bergantian sebagai coach dan coachee. Saya berpasangan dengan Bapak Puryanto, S.Pd.
- Selanjutnya dilanjutkan pada alur Demonstrasi Kontekstual, pada alur ini saya berpasangan dengan 3 peserta CGP lainnya seperti saya sendiri (Erlinawati), Bapak Ratno, S.Pd.SD dan Bapak Amin Suyuthi, S.Pd. akan berperan sebagai coach, coachee dan observer secara bergantian. Kemudian tagihan tugasnya berupa link rekaman yang diupload ke LMS. Alur berikutnya adalah Elaborasi pemahaman konsep mengenai coaching yang dilakukan oleh instruktur. Kemudian alur berikutnya yang saya lalui adalah koneksi antar materi, pada alur ini kami ditugaskan untuk membuat kaitannya antar materi coaching dengan materi sebelumnya yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional (PSE). Selanjutnya saya akan melaksanakan persiapan aksi nyata untuk implementasi kegiatan coaching untuk supervisi akademik di sekolah dengan melibatkan rekan sejawat sebagai coachee. Sebagai penutup saya juga akan melaksanakan post tes untuk modul 2
2. Responding (Menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang  diceritakan)
- Kami memulai memulai alur pembelajaran modul 2.3 ini dengan melakukan refleksi mengenai kegiatan supervisi akademik yag telah dilakukan. Kemudian kami mempelajari materi-materi diantaranya mengenai konsep, paradigma, prinsip, alur coaching dan supervisi akademik dengan paradigma coaching. Pemahaman saya diperkuat dengan adanya penugasan untuk berpendapat mengenai apa itu (coaching). Sebagai calon guru penggerak, saya akan mempersiapkan dan terus belajar mengenai ketrampilan coaching yang akan membantu saya dalam proses kolaborasi baik dengan rekan sejawat maupun dengan murid. Harapan saya setelah saya menguasai ketrampilan coaching dengan baik saya dapat menambah wawasan dan khasanah dalam memahami dan membantu menyelesaikan masalah coachee. Sebagai implementasi di masa depan, diharapkan saya dapat menerapkan konsep dasar coaching dengan alur TIRTA dan RASA ini untuk proses supervise akademik dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa maupun rekan sejawat.
3. Relating ( Menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan ketrampilan, keyakinan atau informasi yang dimiliki)
- Selama proses mempelajari modul 2.3 dengan alur penugasan MERDEKA sangat membantu saya dalam memahami materi coaching. Modul yang tersedia berupa file dan bisa diprint juga membantu saya bilaman saya ingin belajar secara mandiri. Sebagai seorang coach, saya harus memiliki keterampilan dalam memahami coachee saya. Keterampilan tersebut mulai dari menjalin kemitraan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbobot untuk menggali permasalahan yang terjadi serta bagaimana seorang harus mendengarkan dengan kesadaran penuh perkataan yang keluar dari coacheenya agar mampu menciptakan komunikasi yang efektif dan bermakna dengan coachee. Pada saat proses coaching, coach betul harus menyimak coachee yang sedang berbicara untuk memahami setiap ucapan coachee serta ikut memberikan pemahaman kepada coachee tentang pentingnya menyelesaikan masalah dengan potensi yang dimiliki coachee itu sendiri. Dalam modul 2.3 ini sangat berhubungan dengan materi di modul 2.1 dan 2.2 yaitu mengenai pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Ketiganya saling berhubungan dan penting untuk mengasah keterampilan seorang pendidik dalam berkolaborasi.
4. Reasoning ( Menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi)
- Sebagai seorang coach, kita tidak hanya menjadi komunikator yang baik, tetapi harus menuntun coachee membuat tindakan dan alternatif jalan yang akan dipraktikan coachee dan memberikan stimulus respon kepada kepada coachee untuk memilih ide dan keputusan. Dorongan coach untuk coachee dalam menyusun rencana penyelesaian dengan waktu yang tepat, jelas dan spesifik sesuai kebutuhan.
- Coach juga harus mampu mendorong coachee untuk memilih orang yang dipercayanya dalam membantu aksinya dalam menyelesaikan masalahnya. Coach juga harus memberikan dorongan kepada coachee untuk mempertanggung jawabkan terhadap aksi nyata yang akan diambil dan dijalankan sesuai rencana sesuai dengan waktu yang telah dibuatnya.
- Seorang coach yaitu menyakinkan coachee bahwa setiap masalah [asti terselesaikan dengan menciptakan hubungan yang humanis sehingga coachee dapat berbagi kisah yang sedang dihadapi. Pendengar aktif haruslah dibangun oleh coach dengan merasakan apa yang dirasa coachee dalam situasi untuk menghormati tanpa adanya asumsi, pelabelan dan asosiasi.
- Seorang coach berperan sebagai partner bagi coachee agar memiliki kemampuan untuk berpikir yang tepat dalam menemukan solusi melalui pertanyaan yang strategis. Pertanyaan-pertanyaan dilengkapi dengan perangkat coaching yang tepat agar mampu mengarahkan coachee menemukan solusi yang tepat dan komitmen untuk melakukan eksekusi. Seorang coach yang baik percaya bahwa setiap orang selalu memiliki jawaban atas setiap masalah yang dimiliki, tetapi mereka butuh bantuan untuk menemukan jawabannya.
5. Reconstructing ( Menuliskan rencana alternative jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.
- Rencana alternatif yang pertama yang akan saya lakukan agar perencanaan berjalan dengan menggunakan alur TIRTA dalam melakukan kegiatan coaching. Saat peran kita sebagai coach dapat melakukan pendampingan dan memandu percakapan peserta didik maupun rekan sejawat dalam mengeksplorasi dirinya salam menemukan kebutuhan belajar dan strategi dalam memecahkan masalah pada dirinya sendiri. Melalui proses coaching menggunakan alur TIRTA, coachee akan lebih merasa percaya diri dan dapat menemukan kekuatan/ide yang ada dalam dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H