Di sebuah desa kecil, tinggal seorang penjahit yang bernama Kiara. Setiap hari, Kiara selalu mendapat banyak pujian dari warga sekitar. Selain memiliki paras yang cantik, Kiara juga sering berbuat baik kepada orang sekitar. Di mata mereka, Kiara adalah sosok yang sangat ceria dan baik hati. Namun, sedikit yang tahu bagaimana ketulusan hati Kiara.
Kiara bukan hanya penjahit, tetapi juga berperan sebagai pengajar di desa tersebut. Dia sering mendapati anak dengan masalah perekonomian, dan mengharuskan dia tidak melanjutkan sekolah. Kiara yang mendengar cerita tersebut merasakan sakit di hati, karena ia juga pernah mengalami hal yang sama. Tanpa berpikir panjang, Kiara membuat program belajar yang nantinya akan diikuti oleh anak yang memiliki masalah biaya. Kiara juga selalu memberikan dukungan kepada anak-anak desa tersebut.
Namun, dibalik kebaikan itu, Kiara harus menghadapi sedikit tantangan. Usaha yang di bangun oleh Kiara sedang mengalami penurunan. Hasil dari dia menjadi seorang penjahit tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sahari-hari, dia harus menunda beberapa kebutuhannya. Kiara juga harus bisa mengatur uang agar dia tetap bisa mewujudkan impiannya mempunyai toko butik sendiri di kota.
Suatu hari, saat pembelajaran sedang berlangsung, seorang murid barnama Lia mengangkat tangan.
"Bu, Saya tidak bisa membawa buku hari ini. Orang tua saya tidak bisa membeli buku baru," ujarnya dengan raut wajah sedih.
Kiara semakin merasa hancur mendengar hal itu. la tahu banyak muridnya berasal dari keluarga kurang mampu disini, bahkan untuk membeli buku saja mereka tidak bisa. Kiara bingung harus melakukan apa, sementara usaha jahitan nya saja sedang mengalami penurunan. Apalagi jika la harus membelikan buku untuk muridnya.
Setelah berpikir, Kiara memutuskan untuk mengadakan penggalangan dana kecil-kecilan di sekolah. la mangajak murid-muridnya untuk mengumpulkan buku bekas yang sudah tidak terpakai lagi.
"Kita bisa menjual buku-buku ini dan membeli buku baru untuk Lia dan beberapa teman kita yang membutuhkan," ucapnya penuh semangat.Â
Anak-anak desa tersebut dengan antusias mulai mengumpulkan buku bekas dari rumah mereka. Mereka mengumpulkan buku itu sebanyak mungkin selama 1 minggu. Tumpukan buku bekas semakin hari semakin banyak menumpuk di sudut kelas. Kiara merasa sangat bangga melihat kepedulian murid-muridnya. Akhirnya, mereka mengadakan bazar kecil di sekolah. Warga desa ikut serta dalam pelaksanaan bazar tersebut, mereka membeli buku dan mendonasikan uang untuk mendukung pendidikan anak-anak.
Setelah bazar berlangsung, Kiara berhasil mengumpulkan cukup dana untuk membeli buku baru dan alat tulis bagi semua murid. Dia memanggil Lia dan murid-murid lainnya.Â
"Ini adalah hasil kerja keras kita semua. Buku ini adalah untuk kalian. Semoga kalian bisa belajar dengan lebih baik," ucapnya sambil tersenyum.