Malam ini adalah malam ulang tahunmu. Ingin kuberikan sebuah kado yang berisikan belahan hatiku yang masih tetap terukir namamu meski nyaris sepuluh tahun berlalu. Ingin juga kuberikan sedikit perasaan cintaku yang tetap menggunung padamu. Air mata cinta ini yang kerap menetes bila mengingat dirimu juga ingin kupersembahkan meski hanya beberapa tetes.
Duhai sang kekasih….
Tak tahukah engkau betapa terjal jalan yang harus kulalui setelah kau mengucapkan kata-kata perpisahan itu? Betapa pahit konsekwensi hidup yang harus kujalani akibat sakit hatiku padamu? Dan betapa banyak jiwa-jiwa suci ternodai gara-gara cinta ini masih melekat di hati?
Kadang ditengah sepi malam kuberhayal suatu saat nanti kita bersua untuk merajut tali kasih yang terputus, merangkai benang-benang asmara yang pernah kusut akibat salah membuat putusan. Tapi mungkinkah itu??? Masalahnya, raga ini tak utuh lagi seperti dulu, perut ini juga tak rata lagi seperti dulu, dan dada ini juga tidak seangkuh sepuluh tahun yang lalu…. Air mata ini pun mengalir kala mengingat semua itu…
Tahukah engkau wahai kekasihku…
Kubunuh separuh waktuku dengan mengurusi dunia tanpa batas ini dengan harapan aku bisa mengalihkan rasa cintaku padamu. Telah jauh petualanganku dengan harapan menghapus tulisan namamu dibelahan hatiku. Telah keluar makhluk-makhluk kecil dari tubuhku dengan harapan aku bisa melupakanmu. Yang kudapatkan hanyalah kesia-siaan belaka, bagaikan daun pisang tua, kau tetap bergayut di dada.
Selamat ulang tahun kekasih…. Semoga kau mendapatkan belahan jiwa yang mencintaimu lebih dari diriku…
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI