Mohon tunggu...
Erlina Jusup
Erlina Jusup Mohon Tunggu... -

Tertipu aku dengan hatiku, akankah otak ku juga hendak menipu diriku???

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku dan Pedagang Pasar yang Berdemo Itu

27 Februari 2012   14:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:51 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana mungkin  aku bisa acuh sementara kalian terduduk lebih lima hari disitu?

Bagaimana mungkin aku bisa lelap sementara angin malam menggerayangi raga kalian, Rakyatku?

Demo Pedagang Pasar di Depan Kantor Bupati Asahan-Sumut

Otakku sakit, perutku terus menerus mules. Aku membayangkan situasi  yang pasti bertambah runyam.  Ketidakpopuleran Sang Pemimpin menjadi ancaman. Padahal di semua tempat kerap menebar aura bersahabat. Lembar demi lembar puluhan bahkan ratusan ribu bukanlah kiraan.

[caption id="attachment_163697" align="aligncenter" width="560" caption="Para Pedagang Pasar Air Joman berkemah di salah satu sudut kantor Bupati Asahan-Sumut"]

1330353021115154131
1330353021115154131
[/caption]

Meski aku tegak menghadap mimbar tadi pagi, tapi kelokan mataku tertuju kesudut situ.  Kalian terduduk entah sambil berpikir apa. Yang jelas sudah lebih lima hari kalian berada disana. Seorang wanita memasak sesuatu di kuali. Beberapa kardus air mineral murahan terlihat teronggok di sampingnya. Seorang anak merengek di gendongan ibunya. Mungkin ia masuk angin karena semalaman tertidur di areal terbuka.

Tadi sempat kuabadikan beberapa photo kalian yang sedang menuntut hak (hanya itu yang bisa aku lakukan). Sekilas ku lihat kalian bukanlah penjual cabe ataupun tomat, apalagi kangkung ataupun bayam. Wajah-wajah kalian terlihat bersih. Semoga niat kalianpun tak kalah suci.

13303528211751516822
13303528211751516822

Menyesal sekali aku tak berada di ring satu. Tempat para pembesar negeri ini bermusyawarah selalu. Apakah aku terlalu muda untuk berada disitu atau terlalu lugu hingga tak perlu tahu? Tapi, apapun itu aku merasakan ketidaknyamanan ketika melihat kalian tertidur disitu. Tapi aku bisa apa? Kata-kataku hanya tertinggal di pangkal lidah. Sementara kau yang diberi hak bicara sedikitpun tak menjelaskan apa dan mengapa kalian berada disana.

Bagaimana mungkin aku bisa menutup mata kala berpapasan dengan berpuluh mata yang memandang sinis dan curiga?

Bagaimana mungkin otakku tak berpikir apa-apa ketika melihat berita kejadian disini,  juga disana!

Erlina, 27 Pebruari 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun