Mohon tunggu...
erlin novita
erlin novita Mohon Tunggu... -

bekerja dan belajar untuk memahami

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seni Cadas di Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua

1 April 2015   07:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Temuan gua atau ceruk alam yang berada di desa Makmaker Bo Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua dapat memberikan gambaran tentang pola kehidupan masyarakat masa lampau dalam berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan lingkungan alamnya. Hal menarik dari penelitian yang dilakukan terhadap gua-gua atau ceruk alam yang berada di Desa Makmaker Bo adalah dengan ditemukannya salah satu temuan arkeologi berupa fitur (seni cadas) yang dibuat dengan teknik pahat.

Temuan seni cadas (rock art) di gua-gua atau ceruk alam tersebut berbeda dengan temuan jenis cadas yang berada di wilayah Papua maupun di beberapa daerah lainnya Indonesia. Kalau umumnya kita temukan seni cadas berupa lukisan-lukisan pada cadas yang dibuat dengan teknik gores, gambar, dan sembur atau percik dengan menggunakan zat berwarna merah, putih dan hitam tetapi di wilayah Biak kita temukan seni cadas yang dibuat dengan teknik pahat.

Seni cadas adalah salah satu bentuk peninggalan arkeologi dari jaman prasejarah yang ditorehkan pada permukaan dinding-dinding gua atau ceruk alam sebagai sarana untuk mengepresikan perasaan seniman, baik itu tentang hal yang berkaitan dengan prilaku manusia maupun khasanah pengetahuannya tentang apa yang dilihatnya, dialaminya maupun imajinasinya.

Tuangan hasil karya tersebut adalah dalam bentuk seni cadas (rock art) dengan motif gambar yang beragam. Motif-motif yang ditampilkan tersirat berbagai informasi tentang nilai-nilai kearifan lokal masyarakat dimasa itu, seperti terdapat berbagai motif sebagai simbol atau lambang-lambang yang terkait langsung dengan perilaku manusia.

Untuk membahas tentang seni cadas tersebut diguanakan pendekatan model normal yaitu tafsiran arti dan fungsi seni cadas dilakukan dengan cara menduga-duga bentuk yang ada dengan kemiripan-kemiripan bentuk yang dipersepsikan peneliti; Pendekatan arkeologi murni (pure archaeological approach) yaitu bahwa seni cadas diperlakukan sebagai artefak masa prasejarah yang terlepas dari konteks sistemnya; dan Pendekatan semiotika yaitu memaknai lukisan (simbol atau lambang) dengan menghubungkan antara satu dan lainnya dalam suatu pola tertentu, sehingga pola itulah yang sebenarnya memberikan makna. (Clegg, 1985; Washburn, 1983; Llamazares, 1989, dalam Tanudirjo, 2008: 18-21).

Untuk itu keberadaan seni cadas tersebut merupakan warisan yang mengandung nilai-nilai budaya yang hendak disampaikan bagi pewarisnya. Dengan demikian untuk mengartikan dan memaknai seni cadas yang ada terlebih dahulu perlu dilakukan penafsiran motif-motif apa yang menjadi obyek gambar, gaya, cara penggambaran, tata letak, pengelompokan, komposisi, struktur, dan tema berulang.

Dari hasil penelitian di gua-gua atau ceruk alam di wilayah desa Makmaker Bo, diperoleh beragam bentuk motif-motif lukisan dan dapat diklasifikasi ke dalam 5 (lima) kelompok, yaitu: (1) Kelompok manusia; (2). Kelompok fauna meliputi: motif kadal, dan ular; (3). Kelompok flora meliputi: motif bunga; (4). Kelompok benda budaya meliputi: perahu dan wadah; dan (5). Kelompok abstrak atau lukisan yang belum teridentifikasi.

Motif manusia yang digambarkan adalah berupa gambar manusia, dalam keadaan yang cukup beragam sesuai dengan kondisi sosial budaya pada masa itu, seperti gambar manusia di atas perahu, gambar manusia terbang, gambar manusia yang sedang menari, manusia sedang tidur, manusia ngangkan dan juga terdapat beberapa gambar manusia yang hanya sebagian organ saja seperti gambar tengkorak. Pada gambar motif manusia, terdapat gambar antropomorfik dan patung. Motif-motif manusia dipahatkan pada dinding gua di ketiga situs tersebut memiliki kesamaan yang walaupun pesan yang ingin disampaikan dari masing-masing panel gambar berbeda. Berdasarkan gambaran motif manusia tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat pendukung budaya tersebut merupakan masyarakat yang sama.

Motif fauna yang dipahatkan berupa kadal dan ular, kedua motif fauna tersebut tidak hanya memberi gambaran tentang fauna yang dilihat dan hidup di lingkungan sekitar pelukis, tetapi binatang-binatang tersebut juga memiliki makna simbolis yang sarat pesan seperti kadal dan ular yang cenderung menggambarkan segi religius, yang mana kedua binatang tersebut selalu dikaitkan dengan keberadaan nenek moyang atau bahkan sebagai representasi dari roh nenek moyang maupun juga sebagai binatang mitologi. Motif flora yang ditemukan adalah berupa motif tumbuhan yang mungkin hanya sebagai hiasan dekoratif dan juga sebagai gambaran pola kaonsumsi masyarakat saat itu atau sebagai obat-obatan.

Motif hasil budaya adalah berupa perahu dan wadah. Motif-motif tersebut dapat memberikan gambaran mengenai perilaku manusia masa itu, ditinjau dari fungsi peralatan tersebut baik itu bersifai sosial, ekonomis maupun resligiusnya.Misalnya motif perahu lebih pada fungsi sosial dan ekonomis yaitu sebagai alat transportasi dan wadah sebagai alat kebutuhan sehari-hari dan bisa berfungsi sosial, ekonomis maupun religi. Motif lainnya adalah berupa benda-benda abstrak yang belum teridentifikasi, namun keberadaan benda-benda tersebut memiliki arti bagi masyarakat pendukungnya.

Keberadaan seni cadas tersebut jika dikaitkan antara satu motif dengan motif lainnya akan dapat menggambarkan suatu peristiwa budaya seperti keberadaan manusia dalam perahu di gua abib menunjukkan suatu kegiatan pelayaran yang terjadi pada masa itu, disamping itu juga gambaran tentang manusia yang menari dan gamabaran manusia dalam berbagai posisi serta gambar patung karwar (amfianir karwar) menunjukkan suatu pola kehidupa sosial religi manusia saat itu berkaitan dengan suatu upacara inisias, pola ini terlihat pada gambaran yang berada di situs gua Yenukem. Sedangkan gambaran lainnya seperti keberadaan tengkorang, manusia, wadah dan ular juga merupakan suatu gambaran kehidupan religi manusia masa itu, yang dapat dikaitkan dengan mitologi masyarakat tentang suatu proses inisiasi, hal ini juga ditunjang oleh gambar manusia yang lebih menonjolkan pada alat kelaminnya dan juga terdapat gambar tengkorak yang mungkin sebagai sarana memohon kekuatan perlindungan dari roh nenek moyang. Gambaran ini terlihat pada situs gua Kufrai.

Keberadaan seni cadas di wilayah desa Makmaker Bo merupakan suatu bantuk gambaran pola perilaku sosial budaya masyarakat pada masa lampau. Melalui tinggalan budaya tersebut kita dapat mengetahui tentang siapa masyarakat pendukungnya. Seni cadas di wilayah desa Makmaker Bo memilki kesamaan dengan seni cadas yang berada di pulau paskah dan jika dilaihat dari beberapa cirinya kemungkinan besar bahwa pendukung budaya tersebut (di Biak) berasal dari pulau paskah atau dari masyarakat kebudayaan rappa nu, yang mungkin dalam suatu pelayaran mereka singgah di pulau biak atau bahkan tinggal di wilayah tersebut dan terjadi asimilasi dengan penduduk setempat tetapi mereka masih tetap membawa dan mempertahankan budayanya. Seni cadas yang dibuat dengan teknik pahat, juga ditemukan di wilayah Australia, dan ini menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan pembawa atau pendukung budaya tersebut merupakan masyarakat yang sama.

Keberadaan seni cadas jika dikaitkan dengan temuan arkeologis lainnya memberikan suatu gambaran tentang pemanfaatan situs oleh pendukungnya, namun perlu dilakukan deting terhadap sisa-sisa artefak atau ekofak untuk mengetahui kronologinya apa sejaman dengan seni cadas atau bahkan lebih mudah. Hal ini juga dapat memberikan gambaran tentang sejauhmana pemanfaatan situs-situs tersebut.

Keberadaan situs-situs arkeologi di wilayah desa Makmaker Bo berupa gua-gua atau ceruk alam yang banyak mengandung tinggalan budaya berupa fiture (seni cadas), artefak dan ekofak, memberikan gambaran tentang pola pemanfaatan gua oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jika ditinjau dari kondisi gua atau ceruk yang ada kemungkinan besar bahwa gua-gua tersebut tersebut bukan sebagai tempat tinggal permanent tetapi hanya sebagai tempat tinggal sementara, namun demikian dari sisa-sisa aktivitas manusia menunjukkan bahwa beragam kegiatan terjadi di situs-situs tersebut, baik itu yang berkaitan dengan pola hidup sehari-hari tentang pola konsumsinya, bentuk mata pencaharaiannya dan juga berkaitan dengan kegiatan religi, dimana pada masa lampau setelah berakhirnya pola hidup berpinda-pindah dan masyarakat mulai hidup menetap, hampir sebagian besar waktu mereka dihabiskan utuk kegiatan-kegiatan religi. Kondis ini tidak menutup kemungkinan bahwa situs-situs yang mengandung lukisan tesebut digunakan sebagai tempat pemujaan.

Rekomendasi


  1. Situs-situs gua atau ceruk alam yang mengandung seni cadas di wilayah desa Makmaker Bo perlu segera dilindungi, mengingat bahwa situs tersebut mengandung tinggalan budaya yang benilai tinggi, sehingga untuk tindakan awalnya yang perlu dilakukan adalah dengan pemagaran situs.
  2. Untuk mengetahui sejauhmana pemanfaatan situsnya perlu sekali lagi dilakukan penelitian arkeologi secara sistematis dengan melakukan tindakan ekskavasi di areal sekitar situs.
  3. Berkaitan dengan kondisi lukisan yang sudah tertutup lumut dan lumpur perlu dilakukan konservasi oleh tenaga teknis telatih sehingga tidak membahayakan kelestarian objeknya.
  4. Keberadaan gua maupun ceruk karang yang mengandung seni cadas (rock art) di Desa Makmaker Bo berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata budaya, untuk itu perlu segera dilakukan pengelolaan yang meliputi perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan.

Tim Peneliti: Erlin Novita Idje Djami, dkk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun