Baru-baru ini bukan hanya orang lain yang merasakan kejahatan ibu tiri, namun aku melihat sendiri fakta yang terjadi antara keluarga tersebut dengan ibu tiri yang kini telah tinggal serumah.
Tetangga sebelahku ini sebut saja "putri", dia selalu menampakkan wajah tak bahagia ketika dalam rumah, setiap harinya hanya sibuk dengan handphonenya, yang ini katanya dapat menjadi penghilang rasa penat dalam kehidupan rumah.
Aku melihat keluarga ini sangat miris, terkadang ingin menangis sendiri jika ingat, Aku sangat kenal dengan keluarga ini, karena dari kecil aku sudah sering main dirumah ini.Â
Banyak hal yang aku ketahui dari cerita keluarga ini dari si putri langsung, dengan gambaran bahwasanya keluarga ini tidak pernah bahagia semenjak kedatangan ibu tiri ini.Â
Dan selalu menceritakan perkara yang sama ketika bercerita tentang keluarganya (putri), ibu tiri ini seperti penguasa rumah si putri, dan sang ayah yang lebih percaya pada ibu tiri ini dari pada anak kandungnya.
Aku sangat tidak tega jika putri bercerita tentang keluarganya yang berantakan, aku juga miris melihat adik-adik putri yang juga sama -sama mengeluhkan hal yang sama.
Pernah suatu hari, ketika ayah putri tak ada dirumah, aku saat itu sedang bermain bersama putri, dan aku melihat ibu tiri putri sedang menyiapkan bumbu memasak, kemudian si putri dan adik-adiknya menghampiri ibu tiri tersebut dengan bertanya" bumbunya ini diapakan"? Maklum putri dan adik-adiknya setelah sekian lama ditinggal ibu kandungnya cerai ketika sejak Ia masih kecil, ia tidak dilatih untuk memasak, sehingga mereka tidak begitu handal dalam hal memasak.
Dan ibu tiri tersebut hanya menjawab "biasanya gimana sih?", dengan raut wajah tanpa bersahabat. Dan yang paling parah, dalam moment apapun ibu tiri ini tidak akan mengajak bicara pada anak-anaknya kecuali mengajak adiknya yang terakhir yang diajak curhat dan berbicara dan sampai detik inipun, Ibu tiri ini melakukan memasak berjam-jam dengan anak-anaknya juga tidak akan membuka pembicaraan jika bukan anak-anaknya yang mengajak bicara duluan. Naudzubillah..
Aku terkadang heran, jika si ibu tiri ini dekat sekali dengan adik putri sebenarnya ada apa, dan aku mencoba bertanya pada putri, kata si putri, mungkin karena adiknya masih kecil, jadi gampang dihasut. Dan kata putri sang adik sering di kasih curhatan oleh ibu tirinya dan juga mempengaruhi, tidak boleh terlalu dekat dengan kakaknya. Dan akhirnya sang adik hanya dekat kepada ibu tiri. Tidak mendekati kakak-kakaknya karena mungkin kakaknya sudah dewasa dan mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan tidak dapat dipengaruhi, Dan karena ini mungkin cara ibu tiri menindas keluarga orang lain secara perlahan-lahan.
Hingga pernah suatu hari, aku menyaksikan sendiri dengan mata kepalaku juga, ketika saat aku bermain dirumah putri ada ayahnya juga dan ada beberapa tamu disana, putri yang saat itu sedang membawa makanan di mushola (dekat pintu), namun tidak untuk memakannya, hanya saja saat itu ada aku disana.Â
Dan datanglah sang adik saat itu mungkin tidak sengaja/melihat dan menginjak piring si putri, padahal putri menaruh piring itu di pojokan pintu, namun sang adik tidak minta maaf malah lari ke ibu tirinya dan meminta perlindungan, (dia si adik terakhir yang paling dekat sama ibu tirinya). Dan si putri menghampiri si ibu tiri, dengan mengatakan bahwa adiknya menginjak piring sampai makanan berserakan di karpet mushola tanpa meminta maaf, dan si ibu tiri hanya menjawab" salah kamu makan di musholla!", padahal aku melihat sendiri bahwasanya si putri duduk didekat pintu namun dia hanya menaruh sebentar makanannya di pojok tembok.
Dan si putri akhirnya marah, karena ibu tiri ini tidak tau cara mendidik anak saat anak melakukan salah, dan dia hanya menyayangi adik terakhirnya namun tidak sayang kepada anak-anak dari ayahnya yang lain.Â
Dan dengan geram si putri berlari ke dapur membuang nasi yang di injak oleh adiknya dengan dilemparkan didepan mata kepala ibu tiri dengan melempar-lemparkan nasi yang sudah tidak dapat dimakan tersebut. Si ibu tiri langsung marah dengan berteriak sambil melotot "PUTRIII!", sang ayah yang saat itu berada diruang tamu dengan menjamu banyak orang, sontak ayah terperanjat dan bergegas ke dapur melihat ibu tiri ini berteriak, dengan wajah muka polos si ibu tiri langsung berkata sambil berteriak-teriak agar semua yang ada dirumah membelanya, sang tamu pun hanya menggeleng-gelengkan kepala untuk putri karena kelakuannya, dan seperti biasa sang ayah memarahi habis-habisan kepada putri yang memang saat itu terlihat bersalah dalam kasus tersebut.