Mohon tunggu...
Erlika Sephia
Erlika Sephia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

suka memasak dan mendengarkan lagu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kami Setara Bukan untuk Dijadikan Budak

9 Januari 2023   10:10 Diperbarui: 9 Januari 2023   10:30 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap tahun di Indonesia selalu memperingati Hari Kartini yang hatuh pada tanggal 21 April. Ibu Kartini adalah slah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Hari Kartini diperingati sebagai bentuk penghormatan kita pada Ibu Kartini yang telah berjuang untuk mendapatkan kesetaraan hak perempuan dan laki-laki di masa lalu. Dan ia dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita pribumi kala itu.

Ibu Kartini adalah sosok pelopor persamaan derajat perempuan nusantara yang mendedikasikan intelektualitas, gagasan, dan perjuangannya untuk mendobrak ketidakadilan yang dihadapi. Sebagai pemikir dan penggerak emansipasi perempuan, Kartini menjadi sumber inspirasi perjuangan perempuan yang mengidamkan kebebasan dan persamaan status sosial.

Langgengnya Patriarki dan Stigma Perempuan dengan yang ada dalam rumah tangga sangatlah beragam mulai mengatur keuangan memasak, belanja dengan menyesuaikan selera masing-masing anggota keluarga, menjaga kebersihan kebersihan lingkungan rumah, mendidik anak, serta keperluan lain. Semua hal itu menjadi sebuah hal yang harus dikuasai oleh perempuan. Sedangkan untuk laki-laki, mereka hanya dituntut untuk bekerja mencari nafkah. laki-laki yang mana pemimpin keluarga merasa bukanlah kewajibannya melakukan pekerjaan rumah.


Bahkan untuk Pendidikan tinggi perempuan masih menjadi hal yang tabu, pemikiran masyarakat Indonesia masih menekankan kalau perempuan hanya boleh pintar masak dan bersih-bersih rumah. Nyatanya ada hal lain yang tidak kalah penting dari itu semua, salah satunya adalah pengetahuan.

Sekolah tinggi-tinggi di jaman sekarang sudah menjadi hal yang wajar dikarenakan perempuan sekarang banyak yang mementingkan pendidikan untuk kelak nanti, terus masalah apa si?! Masih banyak orang yang belum terbiasa dengan hal tersebut lohh...

"sayang-sayang kuliah mahal-mahal kalau hanya jadi ibu rumah tangga"
"kasian banget si udah ambil magister eh malah cuma didapur sama beberes aja"

Menurut saya pribadi tidak ada kata percuma untuk sekolah tinggi-tinggi. Mau nantinya menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga, tidak akan ilmunya menjadi sia-sia.

Perempuan hanya ingin menjadi orang pertama yang dapat menanamkan nilai-nilai baik kepada anak, anya ingin menjadi ibu yang baik yang bisa menjawab pertanyaan anak dengan cerdas dan bijak, hanya ingin menjadi ibu yang tau perkembangan anak dengan baik dan juga menjadi ibu yang bisa menjadi tempat cerita keluh kesahnya.

Pendidikan adalah hak semua orang terlepas apapun gendernya. Hilangkan segera pandangan kalau perempuan tidak butuh pendidikan, bahwa semua orang berhak mengembangkan diri dengan cara apapun kalua itu positif.

Untuk mengatasi hal tersebut, harus diperlukan paparan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki agar tidak ada terjadinya kasus yang hanya merugikan kaum perempuan saja seperti stereotip, subordinasi, marginalisasi, double barden dan juga violence.

Perempuan tidak dilahirkan untuk menjadi budak yang hidup di bawah kendali patriarki, perempuan juga berhak menentukan jalan hidupnya sendiri tanpa harus diatur oleh siapapun. Karena perempuan juga memiliki harga diri yang tidak bisa dibeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun