Mohon tunggu...
Erli Dayinati
Erli Dayinati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Medan

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Kearifan Lokal: Talkshow Bersama Tokoh Agama dan Adat di Desa Ngadas

2 Juni 2024   07:02 Diperbarui: 2 Juni 2024   07:36 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo, pembaca setia! Kali ini, kelompok Modul Nusantara Gajayana melaksananakan sebuah kegiatan inspiratif yang sangat menarik di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kegiatan ini berupa talkshow dengan tema “Inspirasi dari Kearifan Lokal”, menghadirkan narasumber terkemuka, Pak Munjianto Mugiraharjo. Acara berlangsung pada tanggal 21 April 2024, dari pukul 18.00 hingga 21.00 WIB, dan melibatkan metode pembelajaran yang interaktif seperti sharing, diskusi, dan ceramah.

Desa Ngadas adalah desa wisata adat yang mempesona, diapit oleh dua gunung megah, yaitu Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Desa ini terkenal dengan masyarakat Suku Tengger yang memegang teguh adat istiadat dan tradisi mereka. Desa Ngadas memiliki tiga tempat ibadah utama: vihara, pura, dan masjid, mencerminkan keragaman agama di desa ini. Mayoritas penduduknya beragama Buddha, dengan satu keluarga yang beragama Kristen. Pendidikan di desa ini hanya tersedia hingga tingkat SMP.

Di desa ini memiliki ciri khas,menggunakan pakaian adat,pakaian adat di Desa Ngadas, khususnya udang sarung, dikenakan dalam berbagai upacara adat. Menariknya, cara pemakaian sarung atau selendang pada perempuan di desa ini memiliki makna khusus: jika ujungnya berada di bahu sebelah kanan, itu menandakan perempuan tersebut masih single, sedangkan jika ujungnya berada di depan, itu menandakan bahwa ia sudah menikah.

Pak Sutomo, seorang dukun desa, menjelaskan tentang berbagai upacara adat yang kerap dilakukan, seperti upacara Karo. Selain itu, ada kepercayaan bahwa kehamilan di luar nikah akan membawa wabah penyakit bagi desa. Ritual dan adat yang dilakukan di desa ini dipercaya menjaga keseimbangan alam dan masyarakat.

Di desa ini, kondisi alam bisa sangat ekstrem. Pada bulan September, suhu di Bromo bisa mencapai 0°C dan di Desa Ngadas bisa turun hingga 5°C. Kondisi ini menyebabkan air membeku dan baru bisa mengalir setelah terkena sinar matahari selama beberapa waktu.

Desa Ngadas dihuni oleh 1.736 jiwa, mayoritas beragama Buddha. Desa ini juga sering dijadikan lokasi penelitian oleh mahasiswa dari Malang maupun dari luar Jawa, menunjukkan betapa kayanya budaya dan tradisi desa ini.

Setelah mendengarkan banyak penjelasan dari Pak Munjianto dan Pak Sutomo, kegiatan selanjutnya akan fokus pada penerapan pengetahuan ini dalam kehidupan sehari-hari. Acara talkshow ini memberikan banyak wawasan dan inspirasi bagi mahasiswa kelompok Gajayana, sangat membantu dalam memahami dan menghargai kearifan lokal yang ada di sekitar .

Melalui kegiatan ini, kelompok Modul Nusantara Gajayana tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru tetapi juga pengalaman berharga yang memperkaya pemahaman  mengenai budaya dan tradisi Indonesia yang beragam. Kegiatan ini menjadi contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat menjadi sumber inspirasi dan pelajaran yang berharga bagi generasi muda. Terus ikuti kegiatan kami untuk lebih banyak cerita inspiratif lainnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun