Belum lagi hilang ingatan publik dengan kemeriahan film Joker, dunia kembali dihebohkan dengan aksi bunuh dirinya salah satu bintang hiburan Korea Selatan, Sulli Choi. Jika sosok Joker yang mengidap gangguan emosi Pseudobulbar Affect (PBA) hanyalah fiksi, maka apa yang terjadi pada Sulli adalah sebuah kenyataan, kenyataan yang pahit.
Sulli yang ditemukan sudah tidak bernyawa pada hari Senin, 14 Oktober 2019 di apartemennya diduga melakukan bunuh diri karena depresi. Ia diduga depresi lantaran bullying dari netizen  yang sering menyerangnyad I media sosial. Sulli menambah deretan artis dan bintang hiburan Korea Selatan yang telah melakukan bunuh diri.
Tingkat depresi yang beurujung pada aksi bunuh diri memang sangat tinggi di Korea Selatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Organisasi Kesehatan Dunia, angka bunuh diri di Korea Selatan berada di tingkat tertinggi ke-10. Bahkan pada tahun 2012, bunuh diri menjadi penyebab kematian tertinggi keempat di antara warga korea Selatan.
Depresi yang dialami oleh Sulli dan mungkin ratusan ribu orang lainnya, sebenarnya adalah bagian dari jenis ganguan mental. Depresi hanyalah salah satu jenis diantara jenis-jenis gangguan mental yang lain seperti gangguan kecemasan, bipolar, stress, gangguan psikosis, gangguan obsesif komplusif dan masih banyak jenis gangguan lainnya. Lalu, apa penyebab dari seseorang terkena gangguna mental?
Ganggan mental disebabkan oleh banyak hal dan cukup bervariasi, salah satunya adalah Faktor genetik. Faktor genetic dalah faktor utama yang seringkali datang atau merupakan penyebab dari gangguan mental. Faktor genetik atau kebanyakan juga dikarenakan dari keturunan bisa menjadi salah satu pemicu munculnya gangguan mental pada diri seseorang.
Selain itu juga ada Traumatis. Traumatis atau trauma juga bisa menjadi penyebab dari lahirnya gangguan mental. Dimana jika pada diri seseorang pernah mengalami peristiwa yang memang membuatnya depresi, juga menjadi salah satu hal yang membuat gangguan mental muncul.Â
Selain dua penyebab tadi, ada juga orang-orang yang memiliki resiko cukup tinggi untuk bisa terkena gangguan mental yaitu seperti riwayat keluarga dan pekerjaan pemicu stress.
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga yang terkena gangguan mental ternyata memiliki resiko yang cukup besar untuk terkena gangguan mental. Selain riwayat keluarga, pekerjaan dengan tingkat stress yang cukup tinggi seperti pengusaha dan juga dokter, juga membuat seseorang beresiko terkena gangguan mental.Â
Oleh karena itu masalah gangguan mental seperti depresi tidak boleh dianggap sepele. Karena bisa jadi orang yeng terkena akan mengambil tindakan nekat seperti melakukan bunuh diri.
Aksi bunuh diri atau setidaknya keinginan untuk bunuh diri juga bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang profesi, warna kulit, jenis kelamin, umur ataupun warganegara. Tidak main-main, di Indonesia sendiri angka kematian yang disebabkan bunuh diri juga terbilang tinggi.
Seperti yang dimuat oleh BBC, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono mengatakan bahwa merujuk pada Sistem Registrasi Sampel (SRS) yang merupakan suatu survey untuk mengetahui angka dan penyebab kematian secara nasional, pada 2016 terjadi 1.800 kematian karena bunuh diri. Atau dalam setia harrinya, terjadi lima kematian karena bunuh diri.