Mohon tunggu...
ERLANGGA ALVARIZI
ERLANGGA ALVARIZI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemerataan Moda Transportasi Umum Berbasis Rel di Indonesia

20 Agustus 2023   21:59 Diperbarui: 21 Agustus 2023   01:47 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

UNAIR - Transportasi perkeretaapian di Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi pelengkap sistem transportasi nasional tetapi benar-benar menjadi penunjang penting bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi masyarakat dan merupakan urat nadi dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

Pemerintah terus melakukan pengembangan sistem transportasi perkeretaapian di Indonesia sesuai dengan kebutuhan zaman, serta berupaya untuk melengkapi dan mengintegrasikan sistem perketeapian Indonesia dengan transportasi moda lainnya seperti modal transportasi udara, modal transportasi darat, dan modal transportasi laut.

Salah satu langkah pemerintah unutuk mengatasi hal ini adalah dengan Proyek kereta cepat Jakarta - Bnadung. Proyek kereta cepat pertama di Indonesia dengan rute Jakarta-Bandung,. Dimulai pada 2016, pembangunan kereta cepat sedianya akan rampung pada 2018 dan mulai beroperasi pada 2019. Hingga akhir Maret 2023, progres pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung mencapai 88,8 persen dan akan dijadwalkan akan diresmikan pada Agustus 2023.

Proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dapat berdampak positif kepada rakyat dengan mengembangkan perekonomian rakyat yang dilalui jalur Kereta Cepat. Melalui proyek tersebut Pemerintah Jawa Barat pun menerima manfaat, karena munculnya titik-titik ekonomi baru, serta perekonomian yang lebih terbuka. Sektor Pariwisata juga dapat memanfaatkan proyek ini, karena adanya opsi untuk mobilitas yang lebih cepat untuk melakukan pergerakan ekonomi.

Sektor tenaga kerja pun, Indonesia juga akan menerima banyak keuntungan seperti, jaminan alih pengetahuan oleh Tionghoa kepada tenaga kerja Indonesia. Proyek ini yang didominasi oleh pekerja Indonesia, contohnya adalah dalam pembangunan infrastruktur dalam proyek ini yang memerlukan sekitar 39.000 pekerja.

Melalui negosiasi dengan pihak Tionghoa, dapat dinyatakan juga bahwa dalam proyek ini, 60% dari alih teknologi akan diberikan kepada Indonesia. Proses pembangunan gerbong kereta akan dilaksanakan di dalam negeri dengan Purwakarta sebagai salah satu daerah yang digunakan untuk pembangunan gerbong terkait. Tentu kita juga harus ingat bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena melalui proyek tersebut, rakyat akan disediakan media transportasi umum yang jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan kereta biasa.

Selain keuntungan yang masyarakat dapat dari proyek tersebut, kita juga harus ingat bahwa ada sisi gelap dari proyek tersebut. Salah satunya adalah masalah pendanaan,Perdebatan dimulai saat pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung yang prosesnya begitu cepat tanpa perencanaan yang matang. Perdebatan semakin meruncing saat biaya proyek menjadi Rp 114,24 triliun atau membengkak Rp 27,09 triliun.

Pembengkakan tersebut diungkap setelah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangun (BPKP) dan Komite KCJB melakukan audit dan review terhadap proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Pembengkakan biaya tersebut juga dapat bertambah Rp2,3 triliun sebab pajak dan pengadaan lahan. KCIC akan membayar utang tersebut dari hasil pendapatan operasional.

Target penyelesaian pun molor dari 2019 mundur ke 2023. Setidaknya ada tiga alasan kenapa Pemerintah Indonesia memilih China ketimbang Jepang, yaitu: Janji tanpa APBN, tanpa jaminan pemerintah, dan terbuka soal teknologi.

Pandemi juga menjadi salah satu halangan yang akhirnya menjadi masalah besar yang menghambat proyek tersebut, sebab pada 1 Juli 2021- 1 Februari 2022, 491 pekerja konstruksi positif COVID-19. Ada juga masalah geologis dan clayshale pada tunnel 2, 4, dan 6. Oleh karena itu, proses pelaksanaan proyek terhambat kembali. Relokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) juga mengalami masalah di beberapa titik, karena warga sekitar yang menolak akan relokasi tersebut, sehingga terjadi hambatan kembali.

Source

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun