Mohon tunggu...
Erlangga KusumaYuda
Erlangga KusumaYuda Mohon Tunggu... Guru - Guru Muda

Seorang Pemuda yang kalo serius jadi guru dan kalo becanda jadi komik

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Renungan Perjalanan 172 Kilometer

29 Januari 2024   23:17 Diperbarui: 29 Januari 2024   23:20 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari minggu, saya berkunjung ke rumah kakek di Labuan, Pandeglang. Saya berangkat dari Serang menggunakan motor. Rute yang saya ambil adalah jalan alternatif dari Taktakan-Ciomas-Mandalawangi-Jiput-Labuan sampai menuju lokasi.

Perjalanan yang dilakukan cukup menyenangkan karena lancar dan nyaman. Tidak seperti jalan utama yang biasanya macet dan penuh polusi. Jalan alternatif cukup lancer serta memiliki udaraya sejuk dengan rute yang beragam. Ada perkebunan di wilayah Taktakan dan Gunung sari, pegunungan di Ciomas dan Mandalawangi, dan pantai di wilayah Carita. Bahkan jalan yang dilewati secara keseluruhan cukup bagus. Hanya ada beberapa tambalan. Walaupun dambalannya memang tidak rapih sehingga menyebabkan gelombang tetapi tidak membuat saya sampai badmood. Saya juga tidak menemukan lampu lalulintas sama sekali. Malahan saya lebih sering bertemu dengan orang yang meminta sumbangan di jalan.

Namun karena jarak yang lumayan, kurang lebih 71 kilometer maka waktu tempuhnya menjadi lama. Memakan waktu sekitar dua jam. Waktu dua jam tersebut cukup terasa, apalagi saya hanya melakukan perjalanan seorang diri. Sehingga tidak memiliki kawan untuk mengobrol. Karena kesendirian saya, mau tidak mau saya merenung dan memikirkan banyak hal. Untung saya ditemani oleh playlist dari spotify menyebabkan renungan saya merdu ditemani oleh fortwnty, idgitaf, budi doremi dan musisi terkenal lainnya.

Dalam perenungan tersebut saya jadi merasa bersyukur. Tempat kerja saya hanya berjarak 1 kilometer dari rumah. Sehingga tidak memakan banyak waktu dan tenaga untuk mencapainya. Saya jadi membayangkan orang yang memiliki tempat kerja yang jauh dimana waktu tempuhnya bisa dilakukan selama berjam-jam. Setiap hari sepertinya mereka merenung dalam perjalanan. Mungkin perenungan mereka sudah setara filsuf. Lebih utama lagi pasti sangat besar tenaga yang dibutuhkan setiap harinya untuk bolak-balik dari rumah ke tempat kerja.

Mari kita bayangkan, misalkan jarak dari rumah ke pekerjaan mereka satu jam. Berarti mereka minimal bolak balik dari rumah ke tempat kerja dua jam. Waktu tidur antara 7-8 jam. Jadi dalam dua puluh empat jam hidupnya mereka sudah memakai sekitar sepuluh jam untuk tidur dan melakukan perjalanan. Mereka hanya memiliki empat belas jam untuk beraktivitas. Sungguh, effort yang hebat demi mencari rezeki.  

Tetapi bukankah hidup berisi perjalanan. Semua yang dilakukan ujungnya adalah untuk mencapai satu tujuan akhir. Masalahnya apakah kalian sudah menemukan tujuan akhirnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun