Mohon tunggu...
Erland Ang
Erland Ang Mohon Tunggu... -

Saya adalah warga Indonesia kelahiran kota Ternate, Maluku Utara. Saya kemudian berdomisili di kota Manado sejak tahun 1999. Sekarang saya sedang bekerja di salah satu perusahaan sipil di Singapura.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Siapa Bilang Enak Hidup di Luar Negeri?"

13 Desember 2011   09:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:22 3971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama-tama, ini merupakan posting pertama saya setelah bergambung bersama Kompasiana. Sebenarnya, beberapa bulan lalu saya telah bergabung dengan komunitas ini. Sayangnya, keterbatasan waktu lantaran kesibukkan di sana-sini menghambat saya untuk berkarya di sini. Beberapa minggu yang lalu, saya melihat tweet salah seorang guru saya semasa waktu SMA (Twitter:@tri4lokon). Ternyata guru saya sangat sering menulis di Kompasiana. Tulisan-tulisan beliau pun tak kalah menariknya seperti seorang penulis professional. Saya pun termotivasi untuk ikut menulis di Kompasiana walaupun tidak sesering beliau. Semenjak lulus SMA, saya berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke salah satu universitas di luar negeri. Luar negerinya tidak jauh-jauh amat kok, Singapura. Pada pertengahan tahun ini, saya resmi lulus dan resmi menyandang gelar sarjana S1 dengan spesialisasi di bidang teknik (Bachelor of Engineering). Saya pun telah bekerja dengan di salah satu perusahaan di Singapura. Kata orang awam, kalau sudah bisa kerja di luar negeri, hidupnya pasti sejahtera. Bagaimana tidak, gajinya bisa berkali-kali lipat lebih banyak dari gaji lulusan seorang mahasiswa S1 di Indonesia. Di Singapura, gaji lulusan mahasiswa berkisar rata-rata sekitar 20 juta rupiah per bulan. DUA - PULUH - JUTA - RUPIAH. Empat kata inilah yang selalu membuat orang "WOW" ketika menanyakan "Berapa gaji Anda jika dirupiahkan?" pada lulusan mahasiswa Indonesia di Singapura, salah satunya saya."Gajinya standar sih ..." , ungkapan ini acap kali diucapkan oleh kami-kami yang telah bekerja di sini. Kami bukan bermaksud untuk mencoba merendahkan diri namun terlihat sombong, namun pada kenyataannya memang demikian. Saya tidak kaget melihat Singapura menjadi "Kota termahal ke-6 di Asia" (Sumber : http://www.straitstimes.com/BreakingNews/Singapore/Story/STIStory_741765.html). Semahal apakah biaya hidup di Singapura? Saat ini, jika anda ingin menyewa kamar single room di Singapura, biayanya rata-rata bisa mencapai 4 juta rupiah. Itupun fasilitasnya cukup standar bagi orang Indonesia, bahkan bagi orang Singapura termasuk minim. Biaya makannya sendiri berkisar sekitar 20 ribu per satu kali makan (nasi + 2 lauk + 1 sayur). Kalau ingin minuman sekelas "es teh manis", harganya berkisar sekitar 7 ribu sampai 10 ribu. Untuk informasi, harga ini hanya berlaku ketika anda makan di warung lokal. Jika sudah jalan-jalan ke mall, biayanya kurang lebih akan menjadi dua kali lipat. Dari segi transportasi, harganya pun jauh lebih mahal. Setiap bulan, biayanya mencapai kurang lebih 700 ribu rupiah. Ini dikarenakan tarif sekali naik mencapai 10 ribu rupiah. Untuk biaya lain-lain, ini sebenarnya merupakan bagian yang paling terpenting. Kita hidup bukan hanya untuk minum, makan, dan bekerja. Kita juga butuh hiburan. Lifestyle orang Singapura sangatlah teramat tinggi. "Shopping" menjadi salah satu hobi utama masyarakat negeri ini. Entah itu shopping pakaian, gadget, ataupun barang-barang lainnya. Setiap hari, kita dapat mengambil koran gratis yang dibagikan di dekat stasiun kereta monorail MRT. Koran merupakan bagian dari program subsidi pemerintah setempat. Jika anda membaca koran ini, akan terpampang tulisan-tulisan Sale Up to 50% , Buy 1 Get Free 1 , Get a chance to win iPad 2 , Clearance sale up to 90% .Siapakah yang tidak akan tergiur. Tidak heran setiap weekend orang berbondong-bondong ke mall untuk membeli barang yang mereka "anggap" sedang promosi.

Singapura memang bukanlah Indonesia. Anda akan sangat jarang melihat orang yang hidup serba pas-pasan atau bahkan kekurangan. Ditambah lagi, tingginya ekspektasi orang-orang di Indonesia yang sering menganggap kita telah sukses membuat kita merasa terbeban untuk 'menampilkan' kesuksesan kita dalam waktu sekejap. Hidup di luar negeri, sebegitu menarikkah di mata kita? - Erland -

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun