Sebagai Indvidu merdeka dan bermasyakat (hidup bersosial/ bekerja) tentu kita akan dihadapkan terhadap suatu masalah yang tentunya butuh sebuah keputusan terbaik bagi semua. Di sini saya akan mencoba menjabarkan tentang sebuah koneksi, masalah, solusi dan keputusannya sebagai bagian dari Tugas Pendidikan Guru Penggerak Angkatan ke – 6.
Tugas Koneksi antar Materi Modul 3.1.
- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara disingkat KHD memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat adalah seorang bangsawan dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Yogyakarta. Namun keistimewaan jalur ningrat beliau dan kehidupan nyaman keraton tidak membuat jiwanya tenang melihat keterbelakangan dan minimnya pengajaran dan pendidikan yang masyarakat alami.
Untuk hal inilah selain memang beliau memiliki jiwa pendidik yang tinggi, yang membuat beliau mendirikan Taman Siswa sebagai sarana bagi masyarakat untuk belajar. Kemudian beliau juga berusaha untuk menghilangkan jarak strata dengan masyarakat sehingga beliau berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara (KHD) seperti yang kita kenal saat ini. Baik sebagai nama seorang pahlawan nasional, naman jalan, nama sekolah maupun sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
Dari sosok KHD melalui Taman Siswa (Tamsis) ini lahirlah Protap Triloka Pendidikan di Indonesia “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang digunakan sampai dengan saat ini.
Terkait dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin dengan Protap tersebut, sungguh sangat relevan sekali. Sebagai pemimpin seyogyanya kita memperhatikan Protap tersebut mengingat sebagai pemimpin kita pasti selalu dihadapkan dengan kewajiban kita untuk menentukan keputusan dalam hal apapun di tempat kita bekerja khususnya di sekolah.
Ketika ada kasus – kasus baik yang bersifat dilema etika maupun bujukan moral yang terjadi di sekolah selain kita memahami Empat Paradigma Dilema Etika dan Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan kita juga wajib memahami konsep Protap Triloka KHD. Tiga konsep atau triloka ini yang pertama, “ing ngrso sung tulodho” memiliki arti “di depan memberikan teladan atau contoh” maksudnya bahwa kita sebagai pemimpin ketika mengambil keputusan harus bisa menjadi contoh baik atau teladan khususnya bagi bawahan atau murid kita di kelas atau praktik baik kepada murid atau bawahan kita.
Konsep yang kedua “ing madyo mangun karso” yang bermakna di tengah membangun kehendak/ niat. Di bagian protap triloka yang kedua ini seorang pemimipin harus berjuang bersama – sama dengan murid atau bawahannya dalam memperjuangkan keputusannya atau tujuan mulia dari proses belajar mengajar.
Selain dua yang di atas ada yang ketiga protop triloka pendidikan KHD, yaitu “Tut Wuri Handayani” yang memiliki arti dari belakang memberikan dorongan. Maksud dari kalimat ini adalah bhawa ada saat kita membiarkan siswa atau bawahan/ anak buah untu melakukannya sendiri, tugas kita sebagai pemimpin hanya mengawasi saja.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Kita sebagai insan bukan merupan sebuah kertas kosong atau tabula rasa (Ki Hajar Dewantara) artinya setiap insan atau anak pasti memiliki nilai dasar/ nilai kodrati yang dibawa sejak lahir. Nilai – nilai ini akan selalu memiliki pengaruh terhdap pengambilan keputusan seseorang. Dalam PGP guru diajarkan Budaya Positif dan Nilai dan Peran Guru Penggerak. Dua hal ini akan sangat berperengaruh terhadap pengambilan keputusan karena terkadang hanya dapat melihat suatu masalah seperti layaknya gunung es hanya terlihat dari permukaannya saja. Untuk itu kita penting memahami 4 paradigma dilema etika dan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan kita buat baik di kelas maupun dengan sesama guru dapat diterima dengan lapang dada.
- Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam pengambilan keputusan, kegiatan coaching (bimbingan) sangat penting, terlebih apabila keputusan tersebut dikategorikan sebagai keputusan kasus dilema etika. Berkaitan dengan hal tersebut, kita juga dapat mengidentifikasi masalah dengan metode konsep coaching TIRTA yang dikombinasikan dengan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan sehingga kita dapat memecahkan masalah secara sistematis. Sebagai pemimpin pembelajaran (terutamanya) wajib memutuskan suatu kasus dengan cara yang benar – benar sudah teruji dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga pihak yang terlibat akan saling memahami dan menyadari dengan keputusan kita bersama.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?