Mohon tunggu...
Erka Ray
Erka Ray Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Mempunyai nama pena Erka Ray, kelahiran Januari 2003, di Kabupaten Sumenep Madura Jatim. Mempunyai cita-cita sebagai penulis semenjak kelas 4 SD. Mulai nekad mempublikasikan karyanya sejak 2019 lalu. Orangnya sering gabut. Kalau udah gabut, nulis. Kalau lagi sok sibuk, lupa nulis. Hasil gabutnya sudah ada 4 buku solo dan 7 buku antologi puisi yang gak pernah dia beli. Dan rencana gabutnya masih banyak lagi. Makanya beli bukunya Erka biar tau. 🥱😴

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Money Politic Dianggap Biasa, Sehatkah Bagi Demokrasi Kita?

1 Agustus 2024   14:35 Diperbarui: 1 Agustus 2024   14:35 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lampung Headlines.com

Oleh : Rico Budi Santoso 

Banyak cara yang dilakukan oleh orang orang yang memiliki kepentingan untuk mencapai tujuannya, cara itu biasa disebut politik. Ada politik yang baik ada politik yang kotor. Apa yang pertama kali terlintas dalam benak kita ketika mendengar istilah politik. Kejam, keji, penuh penindasan. Begitulah kiranya persepsi dari sebagian orang, tapi bagi mereka yang paham tentu beda lagi persepsinya. 

Istilah money politik atau politik uang sudah tidak asing lagi di otak kita, dan sudah jadi buah bibir yang cukup hangat diperbincangkan, terlebih lagi ketika mendekati pemilu, pilkada atau pilkades, desas-desus money politik ramai di kalangan masyarakat. Bahkan sampai ada ungkapan dari masyarakat yang mengatakan “kalo tidak amplop tidak akan dipilih”. Begitulah kira-kira new normal politik kita. 

Sekarang pertanyaannya, apa yang rakyat dapat hal ini? Lalu, amankah bagi demokrasi kita? Jawabannya adalah nihil. Banyak ketidak sesuaian, ketumpangtindihan, bahkan diskriminasi oleh kalangan tertentu. Dan tentu hal tersebut tidak aman bagi demokrasi kita. Yang awalnya demokrasi itu “Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” Kini berubah menjadi “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk pejabat”.

Kita harus sadar akan dinamika seperti ini, jangan menganggap dan jangan jadikan money politik sebagai kebiasaan baru. Justru ini adalah penyakit yang akan menjadi lingkaran samsara bagi rakyat dan nirwana bagi pejabat. Maka perlu kita menumbuhkan kesadaran dalam diri kita bahwa ini bukan kebiasaan baik. 

Dahulu, mahar hanya ada dalam pernikahan, tapi sekarang politik juga ada maharnya. Mahar politik istilahnya, atau bahasa kerennya money politik. Suatu kebiasaan baru yang telah masuk dalam sistem demokrasi kita. Money politik adalah suatu tindakan korupsi dalam proses pemilu, baik presiden, pilkada dan pemilihan umum lainnya. Dikatakan korupsi karena money politik digunakan untuk mempengaruhi proses pemilu, sehingga kebijakan atau apapun yang terjadi dalam pemilu bukan sesuai dengan hukum, melainkan dengan nominal. 

Bahkan ada persepsi dari masyarakat yang mengatakan bahwa di zaman sekarang tidak ada pemimpin yang benar, jika masih berangkat dari mahar politik. Butuh uang dengan nominal yang tidak sedikit untuk akad itu, dan sudah bisa kita tebak bahwa episode selanjutnya adalah bagaimana mengembalikan modal yang digunakan untuk mahar itu. Penulis merasa sedikit tenang karena masih ada yang paham dan sadar akan siklus ini. Walaupun ada beberapa yang acuh tak acuh. 

Dampak dari money politik sudah jelas akan sangat merusak demokrasi. Mulai dari rusaknya sistem demokrasi akibat pengaruh money politik, di mana uang dijadikan jembatan untuk mencapai kekuasaan. Praktek ini juga memungkinkan adanya kecurangan dalam pemilu sehingga ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan. Money politik juga merusak kepercayaan serta martabat rakyat. Dimana suara rakyat dibeli oleh para kandidat untuk mendapatkan suara sebanyak banyaknya sehingga menang dalam pesta demokrasi. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa suara terbanyak belum tentu itu suara yang bersih. 

Money politik juga akan merusak peradaban demokrasi serta politik di indonesia. Karena siklus demokrasi dan politik hanya berputar pada nominal uang. Siapa yang nominalnya paling tinggi, maka dia yang mendapat kursi. Ini juga berdampak pada kebijakan yang nantinya akan banyak menguntungkan kepentingan pribadi dan golongan daripada kepentingan rakyat. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan menjadi faktor bagaimana matinya demokrasi di Indonesia. 

Selain itu juga berdampak pada ekonomi negara. Money politik lebih dekat dengan korupsi bahkan ada ahli yang berpedapat bahwa money politik itu adalah korupsi, sehingga haram hukumnya. Kaitannya dengan ekonomi adalah ketika yang memegang kursi jabatan, mereka yang menang dengan jalur money politik, maka kebijakan yang dibuat atas dasar kepentingan pribadi dan golongan, sehingga dana yang harusnya dialokasikan kepada rakyat berbelok menuju saku jas diri sendiri. Sehingga melemah lah ekonomi negara, hal ini menyebabkan efek domino bagi sektor lain, mulai dari pembangunan yang tidak berjalan, kelaparan, kemiskinan yang mana semuanya bermuara pada kehancuran bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun