Sehingga dari sisi pengalaman psikologis saya jadi lebih siap, setidaknya ketimbang Sanomae. Meski dengan kecerdasan yang dimilikinya, Sanomae mencoba untuk tidak terlihat 'kaget' atau 'nggumun', kenyataannya sesuatu yang baru itu, tetap terlihat pada dirinya. Bahwa itulah saat pertama kali bagi dirinya naik pesawat terbang tetaplah tidak bisa ditutupi.
Setelah berhasil menyesuaikan diri dengan protokoler yang berlaku di Bandara, maka akhirnya Sanomae dan saya berada di dalam kabin pesawat.Â
Kecepatannya belajar dari situasi membuatnya terlihat langsung adaptif. Diluar kostumnya yang agak meleset, semuanya berjalan dengan wajar.Â
Pesawat yang kami tumpangi akhirnya take-off menuju Jakarta. Jarak Semarang-Jakarta di perkirakan 500 Km. Jika ditempuh menggunakan jalur darat butuh waktu sekitar 10 jam. Namun dengan pesawat, ah...semua orang juga tau.
Maskapai yang kami tumpangi saat itu merupakan yang terbaik di penerbangan domestik. Garuda Indonesia Airways. Meski katanya banyak menanggung utang, nyatanya pelayanannya memang paling baik ketimbang maskapai penerbangan swasta yang ada. Sekitar  15  menit  setelah take-off, pesawat mulai seperti terbang mendatar.Â
Para awak kabin juga mulai mengeluarkan jamuan perjalanan. Sementara sang pilot juga mulai memberikan statemen-statemen mengenai situasi penerbangan melalui interkom di dalam pesawat.
 Saat itulah, kecerdasan Sanomae untuk menyembunyikan kenyataan bahwa dirinya baru pertama kalinya naik pesawat terungkap. 'Aib' ini muncul secara tidak sengaja, hingga membuat saya terpingkal-pingkal jika mengingatnya.
Melalui interkom di kabin pesawat Boeing 737-100 yang kami tumpangi, terdengar suara pilot. "Para penumpang yang terhormat, terima kasih anda telah bergabung bersama kami di penerbangan Garuda jurusan Semarang-Jakarta.Â
Dari bandara Ahmad Yani Semarang, kita akan menempuh perjalanan kurang dari satu jam untuk mendarat di Bandara Internasional  Soekarno-Hatta, Jakarta. Saat ini kami berada di ketinggian 38 ribu kaki, dan tepat berada di atas kota CIREBON.........". Inilah yang membuat rahasia sanaomae terbongkar. S
ebab begitu sang pilot mengatakan CIREBON, secara refleks, si Sanomae menyampaikan keherananya. Ketika perjalanan baru berlangsung kurang dari 20 menit, namun sudah disebutkan berada di atas kota Cirebon, membuatnya tetap tidak bisa menutupi keherannya.Â
Mungkin dalam benaknya, perjalanan 20 menit dari Semarang ke arah Jakarta, kemungkinan baru mencapai daerah Mangkang. "Hah,,,,,wis tekan Cirebon?" (Apa, sudah sampai Cirebon?") begitu celetukan yang akhirnya membuat 'rahasianya' terbongkar.Â