Hito: Inisiatif Terbaru Indonesia Perkuat Layanan Akses Halal di Jepang

Indonesia dan Jepang memiliki hubungan yang erat dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi dan budaya. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memainkan peran penting dalam mempromosikan produk dan layanan halal. Salah satu inisiatif terbaru yang mendapat perhatian besar terkait hal ini adalah peluncuran Halal International Trust Organization (HITO). Diselenggarakan oleh Menag pada tanggal 29 September 2024, program ini bertujuan untuk memperkuat akses ke layanan halal di Jepang. Dengan diluncurkannya HITO, diharapkan perspektif untuk memperkuat pemahaman dan penerimaan layanan halal di Jepang menjadi lebih menjanjikan dan terbuka. Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang merupakan salah satu negara yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan Muslim. Berdasarkan data dari Japan Tourism Statistic, pada bulan Januari sampai Agustus 2024 warga Indonesia yang berkunjung ke Jepang mencapai 315.500 ribu dengan mayoritas Muslim. Seperti yang dapat dilihat dari data tersebut, dari Januari hingga Agustus 2024, ada kecenderungan peningkatan wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Jepang.  

Meskipun ada peningkatan jumlah wisatawan Muslim yang datang ke Jepang, tantangan dalam hal layanan halal masih tetap ada. Banyak tempat yang kurang memahami apa itu halal, dan ini bisa menjadi kendala bagi wisatawan yang ingin menikmati pengalaman mereka dengan nyaman (Budi Mulyadi et al., 2023). Hal ini menjadi alasan inisiatif seperti HITO sangat penting. Fokus utama program HITO yaitu pembentukan badan sertifikasi halal, membangun jaringan antara penyedia layanan, restoran, hotel, dan tempat-tempat wisata di Jepang dengan komunitas Muslim. Dalam program ini, penyedia layanan di Jepang akan mendapatkan pelatihan tentang konsep halal, seperti cara penyembelihan yang sesuai syariah, pengelolaan bahan makanan, serta cara memenuhi kebutuhan khusus wisatawan Muslim  maupun masyarakat Indonesia yang tinggal di Jepang. Program ini tidak hanya menawarkan pelatihan, tetapi juga menjembatani komunikasi antara penyedia layanan dan komunitas muslim. Dengan adanya keterbukaan komunikasi, akan tercipta pemahaman yang lebih baik antara kedua belah pihak. Misalnya, penyedia layanan dapat bertanya langsung kepada komunitas muslim tentang apa yang mereka butuhkan dan harapkan dari sebuah layanan halal. Sebaliknya, komunitas muslim juga dapat memberikan masukan tentang bagaimana cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka. HITO juga berusaha untuk memberikan informasi yang terpercaya dan akurat mengenai layanan halal kepada wisatawan muslim. Dengan harapan wisatawan Muslim dan masyarakat Muslim Indonesia yang tinggal di Jepang tidak bingung mencari tempat makan atau akomodasi yang halal. Ini akan mempermudah dan memberikan kenyamanan terutama bagi wisatawan muslim yang berkunjung ke Jepang. 

Selain itu, HITO dapat menjadi peluang usaha yang meningkatkan ekonomi bagi Jepang. Dengan semakin banyaknya wisatawan muslim yang datang, tentu saja akan ada permintaan yang lebih besar untuk produk dan layanan halal. Hal ini membuka peluang bagi para pelaku bisnis di Jepang untuk merambah pasar baru. Mereka dapat memanfaatkan pelatihan dan informasi yang diberikan oleh HITO untuk mengembangkan usaha yang sesuai dengan kebutuhan pasar muslim. Ini tentu saja dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal serta menciptakan lapangan kerja baru. Salah satu tantangan terbesar program ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat Jepang tentang pentingnya layanan halal. Meskipun HITO berupaya untuk memberikan pelatihan dan informasi, perubahan budaya dan pemahaman masyarakat Jepang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan waktu dan usaha yang konsisten untuk mendidik masyarakat tentang nilai-nilai dan praktik halal. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah diperlukan untuk meningkatkan kesadaran ini. HITO adalah langkah positif dalam memperkuat akses layanan halal di Jepang. Melalui program ini, kita dapat melihat potensi kolaborasi yang kuat antara Indonesia dan Jepang, yang tidak hanya bermanfaat bagi wisatawan muslim, tetapi juga bagi perekonomian dan masyarakat Jepang secara keseluruhan. Diperlukan usaha yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa inisiatif ini berhasil, namun dengan semangat kerjasama yang tinggi kita berharap adanya perubahan yang signifikan dalam cara layanan halal dipahami dan diterima di Jepang. Mari kita dukung HITO dan semua inisiatif yang berupaya menciptakan dunia yang lebih inklusif dan ramah bagi semua orang.

Referensi : 

Budi Mulyadi. (2023). Eksistensi Industri Halal Food Di Jepang. Kiryoku : Jurnal Studi Kejepangan, 7 No 1, 109.

Japan Tourism Statistics. (2024). Breakdown by Country/Area of Visitor Arrivals to Japan. https://statistics.jnto.go.jp/en/graph/#graph--latest--breakdown 

Kementerian Agama Republik Indonesia. (2024). Menag Luncurkan Halal International Trust Organization di Jepang. https://kemenag.go.id/internasional/menag-luncurkan-halal-international-trust-organization-di-jepang-WmyvA