Banyak siswa saat ini kurang memiliki pengetahuan dasar untuk memahami dunia di sekitarnya; misalnya, banyak siswa yang tidak mengetahui apa kepanjangan dari MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) atau cara menghitung jam analog. Bahkan ada siswa yang tidak menghafal tabel perkalian karena terlalu mengandalkan kalkulator. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum yang diterapkan belum sepenuhnya memfasilitasi perkembangan otak siswa secara optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi teknologi digital dalam proses pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik, sebagaimana terungkap dalam penelitian Buchanan (2011) dan penelitian Junaidi Abdul Rahman dan Ikhwan Noor Ikhsan (2019) mengenai sistem e-learning di Politeknik Hasnur yang menunjukkan dampak positif dalam meningkatkan efisiensi materi kuliah dan proses penugasan.
Kesimpulan: Kembali ke Nilai Tradisional
Untuk menyiapkan generasi masa depan yang cerdas dan berintegritas moral, kita perlu kembali pada nilai-nilai tradisional dalam pendidikan. Guru harus dihormati sebagai simbol kecerdasan dan moralitas; hubungan antara guru dan siswa harus dijaga untuk menjaga suasana belajar yang kondusif.
Metodologi pengajaran juga perlu direvisi agar lebih berfokus pada transfer pengetahuan yang substansial daripada sekadar interaktif. Dalam hal ini, guru harus siap menghadapi tantangan baru sambil menjaga integritas profesional mereka di hadapan siswa.
Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa generasi penerus kita tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas moral yang kuat demi masa depan bangsa Indonesia yang cemerlang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H