Mohon tunggu...
Eriska DisnaMaharani
Eriska DisnaMaharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

hallo saya suka nonton film

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Apresiasi Sastra dalam puisi berjudul The Tradition oleh Jericho Brown

5 Januari 2025   00:36 Diperbarui: 5 Januari 2025   00:53 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

The Tradition menggabungkan keindahan alam dengan realitas pahit kekerasan. Puisi ini dimulai dengan pembicara yang menanam bunga, menunjukkan hubungan mendalam dengan alam melalui baris "Aster. Nasturtium. Delphinium" (Brown, 2019, para. 1). Panas matahari kemudian disinggung, mengisyaratkan persoalan lingkungan. Pembicara dan saudara-saudaranya merekam bunga sebagai bukti keberadaan mereka, seperti dalam baris "for proof we existed before/ too late" (Brown, 2019, para. 10-11). Keindahan bunga yang mekar dilukiskan dengan kaya dalam baris "colors you expect in poems/ where the world ends" (Brown, 2019, para. 12-13). Namun, puisi ini berakhir dengan nada muram, menyebut nama-nama pria kulit hitam yang menjadi korban kekerasan polisi.

Membaca puisi ini sangat menggugah. Kontras antara citra alam yang indah dan kenyataan pahit membuatnya semakin kuat. Puisi ini mengingatkan saya akan pentingnya menjaga kenangan dan identitas, seperti terlihat dalam baris "Men like me and my brothers filmed what we/ Planted for proof we existed before" (Brown, 2019, para. 10-11).

Isu utama dalam puisi ini adalah kekerasan rasial, diperkuat dengan penyebutan nama korban seperti John Crawford dan Eric Garner. Perpaduan antara keindahan dan tragedi ini menggambarkan rapuhnya kehidupan dan pentingnya melawan ketidakadilan.

Pesan puisi ini adalah untuk mengenang mereka yang telah tiada dan memperjuangkan keadilan. Saya setuju dengan pesan ini, yang menginspirasi saya untuk lebih menghargai kehidupan dan sejarah orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun