Mohon tunggu...
Eris Estrada Sembiring
Eris Estrada Sembiring Mohon Tunggu... lainnya -

Journo, traveller, dreamer...\r\nvisit my website\r\nwww.erisestrada.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Tak Butuh Pangeran Berkuda Putih

24 Juli 2012   20:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:40 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

..dan, kalian menangis lagi malam ini..Entah untuk keberapa kalinya..Berteriak tanpa suara,tapi nadanya terdengar melengking meski dalam hati.Kutahu kalian lelah..Teramat lelah..bahkan untuk menghentikan tangisan itupun,mungkin tak sanggup.Sudah, menangislah lagi…Dan berjanjilah, setelah itu kalian harus terlelap.Biar matahari yang menyeka sisa airmata itu esok pagi… 24 Juli 2012………..02.00 A.M Masih terngiang umpatan demi umpatan yang keluar dari mulut kecil itu. Aku hanya terdiam. Mencoba mendengarkan lebih seksama, tapi sulit. Kalian mencoba menumpahkan segala rasa yang ada. Tanpa sadar, isak tangis itu keluar serentak dengan cerita sedihmu. Hanya beberapa patah kata yang bisa terdengar jelas. Selebihnya…berantakan. Kalian marah..menangis…mengumpat..berteriak…berceracau disaat yang bersamaan. Meski menangis, terkadang lirih rindu tetap terdengar di akhir keluh kesahmu. Oh, inilah intonasi nada paling  tidak mengenakkan. Hati kalian, perempuan, selalu menjadi misteri. Aku hanya ternganga. Bagaimana mungkin luapan amarah dan teriakan itu masih saja diselingi lirih rindu di penghujung curhat kalian? Hahaha..Aku tidak heran. Itulah alasan kenapa kami menyukai kalian. Pesan singkat dari yang lain muncul. Isinya hampir sama. Cerita tentang lelaki yang juga sama. Rasa sakit yang tidak berbeda dan…kesimpulannya tetap sama, kau belum juga sanggup melupakannya. Aku membalas pesanmu, dengan kata yang juga sama..seperti perbincangan-perbincangan sebelumnya. Dan kau tersenyum…tampaknya bersemangat. Tapi tidak, aku yakin besok kau akan menangis lagi..masih dengan cerita…..yang sama. Tu non llores por favor.. Please don’t cry.. Perempuan Yang Bermimpi…

Aku hanya ingin berjalan sendirian, biarlah walau tertatih.. Dan saat lelah menghampiri, jangan raih pundakku.. Biarkan aku memapah kakiku sendiri, lalu berlari lagi.. Aku tahu jalan ini terlalu panjang untukku.. Tapi ada angin yang selalu menyelimuti tubuhku.. Menari dan meliuk indah menyusuri rangkaian jejak itu..

Lalu, ketika gelap pun menyinggahi langit, jangan berikan aku sinar.. Aku hanya ingin melihat bintang-bintang itu.. Tak kan pernah kulihat mereka kalau gelap tak menghampiri..

Pernah kutakut melintasi jurang itu, aku berlari dan bersembunyi di sudut, menangis.. Jangan peluk aku! Aku hanya ingin menumpahkan ketakutanku.. Bukankah kadang air mata harus mengalir seperti adanya?

Lihat, aku masih sendirian.. Menapak tertatih mencari ujung duniaku.. Aku belum ingin pulang, masih ingin berlari.. Mengejar cita yang terberai.. Biar kurajut dengan helai keringat yang membasahi langkahku..

Dan, aku juga masih ingin bermimpi.. Bermimpi tentang impian dan harapan, tentang sebuah kehidupan.. ……………. Aku tahu, kalian lelah..Terkadang dunia mencibirmu mesti mereka membalutnya dengan sunggingan senyuman. Mereka memelukmu ketika berhadapan, tapi lalu tertawa di balik punggungmu. Biarkan mereka.. Mereka tidak tahu arti mimpimu. Perempuan yang bermimpi..Mereka tidak akan pernah mengerti. Cinta memiliki jalan dan ceritanya sendiri. Hatimu mungkin tersakiti, tapi biarlah. Terkadang airmata dan isak tangis harus dinikmati. Karena itulah jalan ceritamu, yang tak akan pernah bisa dihapus begitu saja di tengah jalan. Kalian hanya perlu melakukan apa yang kalian bisa. Dan masih ini yang bisa kalian lakukan, saat ini. Aku melihat kalian, layaknya gadis kecil yang sedang belajar mencintai. Dan terisak ketika kehilangan sang pangeran berkuda putih itu. (Padahal aku yakin, kalian sebenarnya tidak membutuhkan pangeran tampan berkuda putih, yang akan menjemputmu untuk dibawa ke istananya. Kalian lebih membutuhkan pangeran itu turun dari kuda putihnya dan membiarkan kudanya berlalu pergi. Lalu dia akan menghampirimu…duduk di sampingmu yang sudah lama dan lelah menanti. Menyeka air matamu yang merindu dan memelukmu selama mungkin. Dia harus tahu, kau lelah..)

Perempuan,kalian cantik.. Tersenyumlah.. Tidak ada yang berhak menahanmu berdiri disitu.. Lelah menunggu tanpa waktu… Bukankah di punggungmu sudah terselip sepasang sayap? Maka terbanglah… Ke sebuah tempat dimana tawa lucumu bisa terlukis dengan indah. Tergelak..tersipu malu sambil memainkan ujung rambutmu. Kalian tidak butuh pangeran berkuda putih yang dengan angkuhnya mengulurkan tangannya.. lalu mengajakmu naik ke atas kudanya.menuju istana yang hanya akan membelenggumu di balik pagarnya.. Pangeran yang kau tunggu harusnya turun dari kudanya dan mengabaikan singgasana di istananya. Ia akan duduk disampingmu..terdiam… Mendengar isak tangismu sampai reda.. Lalu memelukmu.. Karena dia harus tahu, kau lelah….. www.erisestrada.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun