Mohon tunggu...
erisman yahya
erisman yahya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah, maka kamu ada...

Masyarakat biasa...proletar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Kuansing Jadi "Tukang Onjai" dalam Pendidikan

25 Mei 2018   16:22 Diperbarui: 26 Mei 2018   18:10 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, di tahun-tahun 80-an dan 90-an, ada semacam kebanggaan menjadi orang Kuansing. Lebih tepatnya lagi menjadi orang Toluak (sebutan bagi Telukkuantan, karena dulu Kabupaten Kuansing masih menjadi bagian dari Kabupaten Inhu).

Kenapa bangga? Karena dulu itu, Kuansing boleh disebut sebagai lumbungnya orang-orang berpendidikan. Toluak termasuk lebih dulu menjadi kota pendidikan di banding kabupaten/kota yang lain di Riau. Kesadaran orang Kuansing akan pentingnya pendidikan juga tinggi.

Makanya, banyak nama-nama beken yang menjadi tokoh Riau berasal dari Kuansing.

Sebut saja misalnya, Muchtar Lutfi dan HM Diah (keduanya mantan Rektor Unri, kini Rektor Unri juga asal Kuansing, Prof Dr Aras Mulyadi), Firdaus Malik dan Rustam S Abrus (keduanya mantan Wakil Gubernur Riau) dan sederet nama besar lainnya bahkan hingga ke tingkat nasional (Misalnya, Buya H Ma'rifat Marjani mantan anggota DPR RI yang juga salah seorang pendiri Provinsi Riau dan Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Maswadi Rauf).

Karena lumbung orang-orang berpendidikan itu pula, maka tidaklah heran kalau orang-orang asal Kuansing banyak yang bertebaran menjadi cikgu (guru) di berbagai kabupaten/kota di Riau. Umumnya, guru-guru di Inhu atau Inhil biasanya berasal dari Kuansing.

Tapi, kebanggaan itu nampaknya kini tinggal kenangan. Hampir tidak ada regenerasi dari tokoh-tokoh hebat itu. Satu per satu tokoh-tokoh hebat itu dipanggil Yang Maha Kuasa sembari belum muncul pengganti yang tidak kalah hebat. Apa boleh buat. Itulah nasib orang Kuansing.

Kondisi ini semakin memprihatinkan ketika Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau baru saja merilis peringkat pendidikan kabupaten/kota se-Riau berdasarkan hasil UN SMP. Dimana hasilnya, Kabupaten Kuansing berada pada urutan ke-12 atau rangking penutup alias tukang onjai. Peringkat paling bawah dari 12 kabupaten/kota ini ternyata sudah 2 tahun berturut-turut. Alamak...

Jika "isi kepala" sudah dikategorikan menjadi yang paling terkebelakang, maka konsekuensinya jelas: Kuansing akan semakin tenggelam dalam gemuruh pembangunan di tanah air.

Mayoritas orang Kuansing beragama Islam. Alquran (Al-Mujadilah ayat 11) sangat tegas menyatakan bahwa hanya orang yang beriman dan berilmu yang akan diangkat martabat dan derajatnya. Jika iman kurang, ilmu juga tak seberapa, maka siap-siaplah menjadi kuli di kampung sendiri. Kuansing yang kaya SDA-nya dan indah alamnya, akan dikuasai oleh orang lain. Sementara orang Kuansing sendiri tinggal menangis meratapi nasib.

Mudah-mudahan, rilis yang dilansir Disdik Provinsi Riau bisa membuat Pemerintah Kabupaten Kuansing terbangun dari mimpi buruknya. Berhentilah saling jegal-menjegal. Bacokak samo-samo awak. Tagline "Basatu Nogori Maju" jangan hanya sekedar basa-basi. Kini ada tugas berat yang harus diperbaiki dengan sangat serius, yakni SEKTOR PENDIDIKAN. Wallahu'alam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun